"Soal pencemaran limbah pabrik ini sudah saya laporkan ke Pemerintah Kabupaten Bekasi, tapi sampai sekarang belum ada penanganan," kata Ketua Koperasi Nelayan Muaragembong, Nari, di Bekasi, Sabtu sore.
Menurut Nari, pencemaran limbah yang terjadi sejak sepekan terakhir itu menyebabkan hasil tangkapan nelayan menurun drastis.
"Limbah industri menyebabkan ikan mati dan tambak di tinggal nelayan karena tidak ada hasilnya. Air tercemar, bau, dan kotor akibat limbah tersebut," kata dia.
Keluhan serupa juga disampaikan Sarman (41), nelayan asal Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi. Akibat pencemaran itu hasil tangkapannya menurun drastis.
"Sebenarnya kejadian pencemaran ini sudah terjadi berulang kali dari tahun ke tahun, tapi ya sekarang-sekarang ini parahnya, semakin sedikit ikan tangkapan kita. Saya harap pemerintah dapat membantu mencarikan solusi," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bekasi Wahyudi Asmar mengaku telah mengetahui persoalan yang tengah dihadapi nelayan pesisir utara Kabupaten Bekasi itu, namun penanganan limbah menjadi kewenangan Dinas Lingkungan Hidup.
"Kita berharap ada tindakan tegas dari dinas terkait maupun pihak berwajib untuk menertibkan perusahaan-perusahaan yang terbukti membuang limbah ke laut," katanya.
Pihaknya mengaku telah melakukan sejumlah kegiatan untuk meningkatkan produktifitas nelayan, seperti memberikan bantuan pelatihan SDM sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan nelayan.
"Serta sejumlah paket bantuan berupa alat penangkap ikan dan bibit ikan juga telah kami salurkan kepada petani tambak," katanya.
Pewarta: Mayolus Dwiyanto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018