Media resmi pemerintah Suriah membantah kabar pasukan pemerintah telah melancarkan serangan kimia beberapa saat setelah muncul laporan itu seraya menyebut pemberontak menyebarkan berita palsu di Douma di mana mereka di ambang kejatuhannya.
Sabtu kemarin Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa korban massal akibat dugaan serangan kimia di Douma itu "mengerikan" dan jika benar terjadi maka AS akan menuntut reaksi segera masyarakat internasional.
Observatorium HAM Suriah menyebutkan 11 orang meninggal dunia di Douma akibat sesak nafas yang ditimbulkan oleh asap dari senjata konvensional yaang dijatuhkan oleh pemerintah. Observatorium menyebutkan 70 orang tersiksa akibat kesulitan bernafas.
Rami Abdulrahman, direktur observatorium ini menyaku belum bisa mengonfirmasikan penggunaan senjata kimia ini. Namun organisasi bantuan Syrian American Medical Society (SAMS) menyebut bom klorin telah dijatuhkan ke rumah sakit Douma hingga menewaskan enam orang. Itu disusul serangan kedua termasuk gas saraf yang menghajar gedung sekitar.
Basel Termanini, presiden SAMS, berkata kepada Reuters bahwa jumlah korban mati akibat serangan gas itu adalah 35 orang. "Kami telah menghubungi PBB dan pemerintah AS serta pemerintah Eropa," sambung dia via telepon.
Tetapi kantor berita Suriah SANA justru menuding pemberontak di Douma, Jaish al-Islam, menciptakan kabar serangan gas kimia itu karena gagal menghalau gerak maju pasukan pemerintah Suriah, demikian Reuters.
Baca juga: Militer Suriah serang Ghouta Timur setelah pembicaraan gagal
Pewarta: SISTEM
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018