• Beranda
  • Berita
  • Analisis BMKG mengapa banyak banjir dan longsor di Bogor

Analisis BMKG mengapa banyak banjir dan longsor di Bogor

8 April 2018 12:11 WIB
Analisis BMKG mengapa banyak banjir dan longsor di Bogor
ilustrasi banjir, ilustrasi genangan, ilustrasi hujan (ANTARA News / Insan Faizin Mub)
Bogor (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bogor, menganalisis kondisi cuaca pada 7 April 2018 yang menyebabkan banjir dan longsor di kota dan kabupaten Bogor.

Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Bogor Budi Suhardi kepada Antara di Bogor, Minggu, menjelaskan analisis itu dinformasikan kepada seluruh pemangku kepentingan seperti BPBD.

Analisis untuk melihat apakah ada korelasi g signifikan antara kejadian cuaca dengan longsor dan banjir di kota dan kabupaten Bogor.

"Contohnya di Sukamakmur diinformasikan ke kami terjadi banjir bandang di sejumlah titik, seperti di Kampung Arca, dan Kampung Catang," kata Budi.

Berdasarkan analisisnya, BMKG menginformasikan bahwa kemarin itu wilayah Bogor mengalami hujan lebat disertai petir dan angin, dari pukul 16.00 sampai 20.00 WIB.

Keadaan itu memicu tanah longsor di Jl Ciwaringin di Bogor Tengah setelah hujan deras melanda Kota Bogor sejak sore sehingga tebing jalan setapak tergerus air hujan dan mengakibatkan longsor.

Berikutnya banjir di Jl Muhajirin, Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, yang dipicu Kali Cibalok meluap sampai pemukiman penduduk. Banjir juga menimpa Kampung Bebek di Bogor Utara, juga akibat Ciliwung meluap gara-gara hujan deras.

Di Kabupaten Bogor terjadi banjir bandang di Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur, tepatnya Kampung Arca dan Kampung Catang Malang.

Selain banjir, juga terjadi longsor di Puncak, tepatnya di Desa Tugu Utara, yang merusak sejumlah rumah dan jembatan penyeberangan.

Baca juga: Banjir bandang putuskan jembatan jalur alternatif Puncak

"Musibah bencana yang terjadi kemarin banyak," kata Kepala seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Bogor Hadi Saputra.

Data pengataman cuaca di Stasiun Klimatologi pada 7 April itu mencatat proses konvektif yang cukup kuat. Terjadi penurunan suhu pada pukul 16.00 sampai 17.00 WIB dari 31,1 derajat Celcius menjadi 24,8 derajat Celcius. Terjadi selisih suhu 05,3 derajat Celcius dalam waktu satu jam, sedangkan kelembaban udara dengan selisih kurang dari 20 persen selama satu jam.

"Potensi hujan ini berkurang pada pukul 19.00 sampai 20.00 WIB," kata Hadi.

Kesimpulannya, lanjut Hadi, pada ketinggian 3.000 kaki wilayah Jawa Barat dilewati oleh daerah konvergensi sehingga masih mendukung supai awan-awan hujan di wilayah ini.

Pada waktu kejadian (Sabtu) petumbuhan awan hujan karena faktor pemanasan yang kuat pada pagi hingga siang hari didukung oleh faktor lokal yang cukup signifikan (kelembaban udara yang cukup tinggi), menyebabkan aktivitas awan hujan konventif naik, dengan jenis Cumulus padat dan Comulonimbus.

"Menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dapat disertai petir dan angin kencang," kata Hadi.

Saat ini wilayah Bogor sudah memasuki masa peralihan menuju musim kemarau.

Baca juga: Hujan lebat dan angin kencang jadi pemicu banjir di Puncak
 

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018