"Sebagai asosiasi perjalanan wisata kami sangat mengecam dan menyesalkan kegiatan wisata bermain-main dengan satwa komodo seperti ini," kata Abed Frans kepada Antara di Kupang, Minggu.
Ia mengatakan terkait aktivitas pemandu wisata yang mengajak wisatawan bermain-main dengan satwa komodo (varanus komodoensis) yang didokumentasikan melalui video amatir dan disebarluaskan.
Dalam video itu, tampak pemandu wisata atau "ranger" yang membawa para wisatawan menggunakan sekitar dua "speed boat" bermain-main dengan sejumlah satwa komodo yang berada di salah satu pantai di dalam kawasan TNK.
Sejumlah komodo yang berada di pantai kemudian berenang menghampiri pemandu wisata dan wisatawan di dalam "speed boat" atau kapal cepat dan diganggu menggunakan tongkat, kemudian kembali lagi ke pantai.
Abed Frans mengaku sangat menyesalkan aktivitas wisata seperti ini karena sangat membahayakan keselamatan wisatawan.
"Bahkan ada anggota tur yang sudah komplain karena kasihan dengan komodo, mereka ngeri juga kalau saat itu mesin kapal tiba-tiba mati, apa yang terjadi kalau seperti itu," ucapnya.
Ia mengatakan telah melaporkan pihak agen travel, guide, dan pemilik kapal tersebut ke Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) selaku otoritas terkait agar memberikan tindakan tegas.
"Dewan pimpinan cabang kami di Labuan sudah koordinasi dengan pihak BTNK dan HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) setempat agar segera mengambil tindakan tegas kepada guide tersebut," ujarnya.
Abed meminta para pemandu tidak memberikan contoh seperti ini terhadap wisatawan yang dilayaninya, khsususnya di destinasi wisata seperti TNK yang memerlukan kewaspadaan ekstra.
Selain membahayakan keselamatan wisatawan, lanjutnya, ativitas wisata seperti ini juga mengganggu keberlangsung hidup habitat satwa purba komodo yang merupakan salah satu dari tujuh keajabain dunia (new seven wonders).
"Di sisi lain akibatnya operator tour yang menggunakan jasa guide tersebur bisa tidak disukai lagi oleh pelanggan karena pelayanannha sangat berbahaya," kata Abed Frans.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018