Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa toko ritel di lingkungan pesantren tersebut merupakan gagasan dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) yang akan bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
"Kerja sama antara Hipmi dan Aprindo tersebut untuk meningkatkan ekonomi di lingkungan pesantren dalam bentuk perdagangan ritel dengan sistem modern," kata Enggartiasto, di Jakarta, Senin.
Enggartiasto menambahkan, toko ritel dengan sistem modern itu nantinya tidak hanya melayani internal pondok pesantren tertentu, tetapi juga wilayah di sekitar lingkungan pesantren, yang diharapkan akan memutar roda perekonomian.
"Selain itu nantinya akan dibuka juga pusat-pusat pelatihan untuk pengelola toko di lingkungan pondok pesantren," kata Enggartiasto.
Langkah Hipmi dan Aprindo tersebut dinilai mampu untuk mengatasi masalah ketimpangan khususnya di sektor ritel. Banyak warung atau toko tradisional tidak mampu bersaing dengan ritel modern, karena barang-barang yang dijual di toko ritel modern lebih murah daripada warung tradisional.
Nantinya, lanjut Enggartiasto, ritel di lingkungan pesantern tersebut akan mendapatkan barang dengan harga yang sama seperti ritel modern. Dengan demikian, daya saing ritel di lingkungan pondok pesantren tersebut tidak kalah dengan ritel modern.
Berdasarkan data Nielsen Indonesia, pada 2014 terdapat lebih dari tiga juta usaha ritel tradisional, termasuk yang berada di lingkungan pondok pesantren.
Sementara berdasarkan data Kemendag, Hipmi, dan Aprindo, di beberapa toko ritel milik pondok pesantern yang ada di Jawa Timur masih ditemui banyak kendala dalam melayani kebutuhan santri dan lingkungan sekitarnya. Beberapa kendala tersebut meliputi kondisi fisik toko, stok barang, sistem, dan sumber daya manusia.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018