"Tuhan sudah mengatur ekosistem dalam keseimbangan alam, namun akibat sifat tamak manusia dan merusak ekosistem, maka lahirlah bencana," ujar tim ahli komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Kota Samarinda Khifyatul Akhyar di Samarinda, Senin.
Salah satu contoh ekosistem yang rusak di Samarinda adalah di rawa-rawa dalam daerah aliran sungai SKM, yakni berkurangnya ikan sepat, ikan gabus, dan ikan khas sungai maupun rawa akibat disetrum dan diracuni oleh manusia sehingga telur, ikan kecil, bahkan plakton pun ikut musnah.
Padahal ikan sepat dan sejenisnya merupakan kekayaan ekologi sungai dan rawa yang menjadi bagian simbiosis mutualisme dalam layanan ekosistem, karena berbagai jenis ikan ini memangsa hama wereng dan berbagai jenis hama di sawah atau tanaman di lahan basah yang terkoneksi dengan rawa.
Komunitas GMSS-SKM kemudian menggagas layanan ekosistem yakni memberikan kecukupan rantai makanan dan keseimbangan alam untuk membenahi kondisi yang kini rusak itu.
Untuk memberikan layanan ekosistem berupa pemberian pakan bagi berbagai jenis ikan rawa seperti ikan pepuyu (betok), sepat siam, dan harwan (ikan gabus), komunitas ini memasang beberapa bungkus ikan busuk di atas rawa agar ikan tersebut berulat.
"Beberapa hari ke depan, ulat dari ikan busuk tersebut akan jatuh dan memberikan pakan serta asupan nutrisi bagi berbagai jenis ikan yang hidup di rawa, sehingga ke depan berbagai jenis ikan yang ada akan berkembang biak," paparnya.
Baca juga: Ekologi sungai Karang Mumus di Samarinda alami kerusakan
Baca juga: Pecinta lingkungan terus restorasi Sungai Karang Mumus
Pewarta: M.Ghofar
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018