"Pengembangan demplot budi daya ikan `matlair` atau hemat lahan dan air sudah dimulai sejak kemarin, tahun ini menyasar di 11 kelompok yang tersebar di 11 kecamatan," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Kamis.
Menurut dia, pembudidayaan `matlair` merupakan teknologi budi daya perikanan yang padat tebar benih ikan, akan tetapi dengan pemakaian lahan yang tidak terlalu luas di tengah masyarakat, sehingga air yang digunakan tidak terlalu banyak.
Ia menjelaskan, secara teknis pengembangan demplot budi daya perikanan matlair ini menggunakan sistem bioflog dengan bentuk kolam yang dicetak melingkar, sistem ini sudah diperkenalkan di Bantul sejak tahun lalu dan dinilai efektif.
"Kelebihannya hemat lahan dan air, kemudian budi daya juga mudah, selain itu antar kolam tidak saling memengaruhi karena kolam diletakan secara terpisah. Kolam lingkaran ini membuat ikan terus bergerak sehingga pakan tidak terbuang," katanya.
Pulung menjelaskan, saat ini program budi daya ikan matlair sudah dikembangkan di enam lokasi se-Bantul, salah satunya di wilayah Sewon, sehingga pada tahun ini program diperluas ke 11 lokasi yang kelompok peternak ikan punya potensi.
"Dengan budi daya perikanan metode ini biayanya lebih murah dibanding dengan konvensional, karena berbeda cara pemeliharaannya, bahkan sistem ini bisa bertahan hingga 10 tahun, asalkan bisa membudidayakan sesuai yang dianjurkan," katanya.
Ia mengatakan, dalam pengembangan percontohan budi daya ikan matlair ini para kelompok diberikan pelatihan dan sekolah lapangan mengenai teknologi itu, kegiatan tersebut untuk mengubah pola pikir mereka agar berubah ke arah yang lebih baik.
"Ini sesuai misi Bupati yang mewujudkan petani cerdas dan sejahtera, jadi mereka kita berikan pelatihan dan program budidaya matlair secara berkelompok, setelah berhasil mereka bisa mengembangkan di rumah masing-masing," katanya.
Pewarta: H. Sidik
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018