• Beranda
  • Berita
  • Mahasiswi Indonesia tiga besar kontes "Clinical-Case" Asia

Mahasiswi Indonesia tiga besar kontes "Clinical-Case" Asia

13 April 2018 15:23 WIB
Mahasiswi Indonesia tiga besar kontes "Clinical-Case" Asia
Logo Unpad (id.wikipedia.org)
Jakarta (ANTARA News) - Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Priscilla Daniego Pahlawan (30) masuk tiga besar, tepatnya juara ke-2 setelah wakil dari Malaysia dan juara ke-3 wakil dari Filipina dalam ajang lomba karya ilmiah tingkat Asia di "Global Clinical Case Contest 2017/2018" oleh salah satu produsen peralatan gigi terkemuka dunia, di Singapura, Kamis (12/4).

"Alhamdulillah, atas dukungan semua pihak, saya juara kedua dan masuk tiga besar. Tiga besar ini akan mewakili Asia pada agenda serupa di level dunia di Jerman pada Juli tahun ini," kata Priscilla saat dihubungi dari Jakarta, Jumat.

Dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan dokter spesialis konservasi gigi semester IV ini menceritakan, sebelum di level Asia, Pia, begitu dia akrab disapa, pada akhir Januari 2018, memenangi Clinical Case Contest 2017-2018 skala nasional di Jakarta.

Pada ajang itu, Pia membawa tema "The Digital Smile Design" dengan judul "Memperbaiki gigi geligi rahang atas dengan direct komposit dengan ceram X speretec universal" (Improving upper front teeth direct composite restoration with Ceram X Spheretec Universal".

Sederhananya adalah siapa pun punya peluang memiliki senyum ideal. Namun, pada beberapa kasus seseorang tak semua orang memiliki bagian-bagian gigi, mulut, rahang, hingga jaringan pendukung gigi, memiliki kondisi yang bagus.

"Untuk kasusnya yang kami paparkan adalah upaya rehabilitasi satu mulut dengan kondisi kerusakan gigi yang belum begitu parah masih dibenahi. Jadi, `smile design` itu seperti mengubah bentuk geligi, tetapi dengan perhitungan tersendiri. Tahapannya, kita membuat foto klinis dulu, lalu menjelaskan ke pasien," kata Pia.

Dari situ, lanjut Pia, pasien kemudian diminta mengisi kuesioner dari aplikasi perencana digital "Visagismile" untuk membuat preferensi akhir bentuk gigi. Proses berikutnya adalah pembuatan geligi baru dengan sentuhan seni. "Di situ ada `art` (seni) karena tak semuanya pake alat cetak," kata Pia.

Jadi, tambah Pia, prosesnya tak sesederhana itu. Ada banyak tahapan yang harus dilalui misalnya harus melakukan foto klinis gigi dan mengerjakan banyak hal.

Dalam proses lomba, Pia didampingi oleh seorang dosen pembimbing yakni Drg Taofik Hidatat SpKG (K). Total peserta lomba sebanyak 129 tim dari berbagai negara di Asia. Dari jumlah itu, lima perwakilan dari lima negara berhasil masuk dalam lima besar yakni dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Taiwan dan Thailand.

Dia berharap dukungan dan doa pihak terkait tetap berlanjut hingga ke kontes serupa di tingkat dunia di Jerman Juli tahun ini demi mengharumkan dan membawa nama Indonesia pada ajang itu. "Pihak Dirjen Dikti sudah tahu tentang lomba ini," katanya.

Pia masuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (FKG Unpad) pada 2006. Pada 2010, ia mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi. Tahun 2011, ia memulai koas atau pendidikan program profesi dan menyelesaikannya pada 2013 dengan IPK tertinggi yaitu 4,00.

Pada 2012, Pia sempat menjadi salah seorang perwakilan dari Indonesia dan Unpad dalam Asia Pasific Dental Student Association. Pia sehari-hari berpraktik di Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM) Unpad.

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018