Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, kontrak kerja sama yang ditandatangani di Beijing, Jumat, oleh perusahaan-perusahaan kedua negara itu yakni terkait pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga air di Kayan, Kalimantan Utara, senilai 2 miliar dolar AS; pengembangan industri konversi "dimethyl ethercoal" menjadi gas senilai 700 juta dolar AS; perjanjian investasi "joint venture" untuk pembangkit listrik tenaga air di Sungai Kayan senilai 17,8 miliar dolar AS.
Selanjutnya, perjanjian investasi "joint venture" pengembangan pembangkit listrik di Bali senilai 1,6 miliar dolar AS; dan terkait pengembangan smelter baja senilai 1,2 miliar dolar AS.
"Kami ingin melihat terus terjalinnya kerja sama antarinvestor dari kedua negara, tidak hanya antarpemerintah saja," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang menyaksikan penandatanganan kerja sama tersebut.
Selain penandatanganan kontrak kerja sama, dilakukan pula penandatanganan dua nota kesepahaman terkait pengembangan mobil/motor listrik dan pengembangan Tanah Kuning Mangkupadi Industrial Park di Kalimantan Utara.
Sebagai?Utusan Khusus Presiden RI untuk menjalin kerja sama strategis dengan China, Luhut menekankan pentingnya terus mendorong hubungan bisnis kedua negara demi kepentingan nasional.
"Kita kan harus cerdas (karena) semua (negara) melihat peluang. Tinggal sekarang pintar-pintaran lihat peluang supaya lebih banyak untung," katanya.
Peluang itu perlu digapai demi mencapai hasil akhir berupa peningkatan investasi di Indonesia yang memacu naiknya jumlah lapangan kerja, peningkatan produk domestik bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.
"PDB pasti meningkat, pendidikan pasti tambah, pertumbuhan tambah. Karena seperti Morowali sekarang pertumbuhan ekonominya 60 persen. Sekarang mau bikin lagi di Halmahera Utara, itu produksi baterai lithium, jadi tidak semua tertumpu di Jakarta," terangnya.
Lebih lanjut, Luhut sendiri mengaku akan mendorong kerja sama di empat koridor ekonomi di Indonesia dengan nilai investasi mencapai total 51,930 miliar dolar AS.
Koridor pertama adalah pembangunan infrastruktur diantaranya Kuala Namu Aerocity dan kawasan industri di Sumatera Utara.
Kedua, pembangunan pembangkit listrik tenaga air dan kawasan industri KIPI Tanah Kuning di Kalimantan Utara. Ketiga, pembangunan Bandar Udara Internasional Lembeh, kawasan wisata Likupang dan kawasan industri Bitung di Sulawesi Utara. Dan terakhir, pembangunan "techno park" dan jalan tol di Bali.
Wakil Menteri Perdagangan China Gao Yan dalam pertemuan bilateral dengan mantan Menko Polhukam itu menanggapi empat koridor potensi kerja sama dengan Indonesia.
"Kami akan bekerja sama dengan departemen terkait untuk mengimplementasikan kesepakatan antara pimpinan kedua negara," ujar Gao.
Gagasan utama dalam kerangka inisiatif Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21 atau "Belt and Road" antara lain investasi dalam bidang infrastruktur, konstruksi, pembangunan rel kereta api, jalan tol, produk otomotif, real estate, pembangkit tenaga listrik, besi dan baja.
Beberapa pihak memperkirakan kerangka tersebut sebagai mega proyek infrastruktur dan investasi abad ini karena melibatkan 68 negara. Bila dikonversi, ada 65 persen populasi dunia terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mega proyek pemerintah China tersebut.
Baca juga: Menko Kemaritiman-Menristekdikti lakukan kunjungan kerja ke China
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018