"Transformasi haruslah berawal dari komitmen pimpinan dan menerapkan agen perubahan bahwa pemimpin harus mempunyai visi ke depan. Memenangkan peperangan, tanpa peperangan sebagaimana Blue Ocean Strategy yang lihai dalam perencanaan dan cerdas menangkap peluang,” kata Arief Yahya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, pariwisata merupakan industri jasa yang paling mudah, murah, cepat, serta berkelanjutan.
Menurut dia, Provinsi Babel dengan keunggulan lokasi yang memiliki daya ungkit global berpeluang membuat terobosan yang berarti dengan melakukan transformasi tiga lapangan usaha utama tersebut.
“Penurunan kontribusi sektor pertambangan harus bisa digantikan sektor lain yang mengedepankan pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan, semisal pariwisata yang telah terbukti lebih murah, lebih cepat memberikan hasil dan telah menjadi penyumbang devisa nasional nomor dua,” kata Arief Yahya.
Menurut Arief Yahya, pembangunan pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, dapat dipercepat dengan memanfaatkan kemudahan dan perlakuan khusus yang telah disediakan Pemerintah yaitu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
"Melalui sinergitas 3 KEK Pariwisata (Tanjung Kelayang, Tanjung Gunung, Pesisir Timur Sungailiat) yang didukung penuh para diaspora Babel, maka bisnis model KEK Pariwisata ini akan mempercepat transformasi struktur ekonomi Provinsi Babel ke arah struktur ekonomi modern,” ungkap Arief Yahya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya meninjau persiapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Gunung dan Pesisir Timur Sungailiat di Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel).
Dua kawasan tersebut diharapkan segera ditetapkan sebagai KEK Pariwisata seperti halnya KEK Tanjung Kelayang di Pulau Belitung yang kini dalam percepatan pembangunan.
“KEK Pariwisata Tanjung Gunung diharapkan dapat ditetapkan dalam waktu 3 bulan, seperti ‘saudaranya’ KEK Tanjung Kelayang di Belitung,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya mengatakan, perkembangan struktur ekonomi Provinsi Babel dalam 5 tahun terakhir (2012-2016) relatif stagnan dan tetap didominasi oleh tiga lapangan usaha utama, yaitu perkebunan, kehutanan, dan perikanan (20,15 persen); diikuti oleh industri pengolahan (20,05 persen); dan pertambangan (11,05 persen).
Sektor pertambangan dan industri pengolahan justru menunjukkan penurunan, peran pertambangan dan galian turun dari 15,36 persen (pada 2012) menjadi 11,89 persen pada 2016, diikuti industri pengolahan turun dari 24,33 persen menjadi 20,05 persen.
Sedangkan sektor transportasi dan akomodasi justru meningkat dari 5,66 persen (tahun 2012) menjadi 6,52 persen pada 2016.
Baca juga: Menpar sarankan Babel bangun KEK pariwisata bahari
Baca juga: Babel tawarkan paket wisata bagi peserta Asian Games
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018