"Dalam tahun ini KLHK akan membangun pusat daur ulang sampah di Labuan Bajo untuk pendauran sampah, baik yang diangkut dari kawasan wisata Komodo maupun di Kota Labuan Bajo," kata Budi Kurniawan saat dihubungi Antara dari Kupang, Selasa.
Balai TN Komodo mencatat, produksi sampah di kawasan wisata yang terkenal sebagai habitat satwa purba komodo (varanus komodoensis) itu mencapai 650 kg per hari.
Timbunan sampah terbanyak terdapat di Pulau Komodo yaitu Desa Komodo dan Wisata Loh Liang serta Pulau Rinca di Desa Pasir Panjang dan Wisata Loh Buaya.
Sementara itu, produksi sampah setiap hari di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat sendiri, berdasarkan data dari Wild Fund for Nature (WWF) Indonesia mencapai 13 ton atau sebesar 112 meter kubik per hari.
Budi menjelaskan, saat ini penanganan sampah di kawasan wisata Komodo didukung dengan gerakan kelompok masyarkat peduli sampah melibatkan para warga dari sejumlah desa di dalam kawasan.
Sampah yang terkumpul, lanjutnya, akan dipilah-pilahkan dan diangkut ke Labuan Bajo. Untuk jenis sampah organik akan didaur ulang bekerja sama dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) Sampah Komodo dan sisanya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Ia mengatakan, penanganan sampah baik di dalam kawasan wisata Komodo maupun di Kota Labuan Bajo telah didukung penuh pemerintah pusat melalui Kementerian LHK.
Dukungan itu berupa pembangunan pusat pendauran ulang sampah maupun penataan TPA yang saat ini dikelola pemerintah daerah, serta alokasi pembangunan TPA baru.
"Kementerian LHK juga membantu gerakan penanganan sampah bersama para mitra yang rutin sebulan sekali dilakukan di kawasan wisata Komodo," katanya.
Budi berharap, keterlibatan berbagai pihak dari masyarakat, mitra-mitra pelaku wisata, instansi di daerah hingga pusat ini dapat menuntaskan persoalan sampah di wilayah setempat yang selama ini terus mendapat sorotan.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018