• Beranda
  • Berita
  • Ekspor otomotif Indonesia kembali masuk Vietnam berkat pembicaraan ini

Ekspor otomotif Indonesia kembali masuk Vietnam berkat pembicaraan ini

17 April 2018 21:19 WIB
Ekspor otomotif Indonesia kembali masuk Vietnam berkat pembicaraan ini
Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi dan Deputi Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Binh Minh mengadakan taklimat untuk media seusai pertemuan ke-3 Sidang Komisi Bersama (JCBC) Indonesia-Vietnam di Hanoi pada Selasa. 17/04/2018. (Foto Dokumentasi Kemenlu/Rudi Hartanto)
Jakarta (ANTARA News) - Ekspor produk-produk otomotif Indonesia kembali akan masuk ke Vietnam setelah akses pasar ekspor produk otomotif Indonesia ke negara tersebut sempat terhenti.

Hal tersebut merupakan salah satu isu yang dibahas dalam Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-3 RI-Vietnam, seperti disampaikan dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Selasa.

SKB yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, itu dipimpin bersama oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Bihn Mihn.

"Saya senang ekspor produk otomotif Indonesia dapat kembali masuk pasar Vietnam. Produk otomatif merupakan salah satu ekspor terbesar Indonesia ke Vietnam yaitu mencapai sekitar 293 juta dolar AS pada 2017," kata Menlu Retno.

Sebelumnya, pada akhir 2017 Pemerintah Vietnam mengeluarkan aturan yang membatasi impor otomotif di negara tersebut.

Sebagai salah satu tetangga dekat Indonesia, kerja sama bilateral Indonesia-Vietnam dari tahun ke tahun terus berkembang pesat, khususnya setelah kedua negara menyepakati perjanjian kemitraan strategis pada 2013.

Di bidang ekonomi, nilai perdagangan kedua negara terus meningkat hingga mencapai 6,8 miliar dolar AS pada 2017, atau meningkat sebesar 8,64 persen dibandingkan tahun 2016.

Selain itu, terjadi peningkatan nilai investasi dua arah antarkedua negara. Pada 2017 investasi Vietnam ke Indonesia meningkat sekitar 300 persen, sedangkan investasi Indonesia ke Vietnam meningkat sekitar 36 persen pada 2017.

Berbagai capaian di bidang kerja sama ekonomi tersebut sejalan dengan target pada rencana aksi kemitraan strategis kedua negara untuk periode 2014?2018.

Dalam pertemuan SKB, kedua Menlu sepakat momentum positif kerja sama ekonomi kedua negara harus terus di jaga.

Untuk itu, Kedua Menlu menyepakati untuk segera mengembangkan sebuah rencana aksi baru untuk periode 2019-2023, sebagai sebuah penuntun sekaligus target kerja sama kedua negara dalam lima tahun ke depan.

Rencana Aksi itu akan diselesaikan pada November 2018. Beberapa sektor baru yang diusulkan Menlu RI untuk masuk dalam rencana aksi baru tersebut, antara lain industri strategis pertahanan, budi daya tanaman dan hewan laut, pariwisata laut, energi terbarukan dan industri kreatif.

"Saya mengharapkan rencana aksi baru dapat diselesaikan pada 2018, dan memasukkan peluang-peluang baru guna lebih memperkokoh sekaligus memperluas kerja sama bilateral Indonesia-Vietnam," ujar Menlu Retno.

Kedua Menlu juga sepakat pentingnya meningkatkan interaksi sektor swasta. Terkait hal itu, kedua Menlu akan mendorong interaksi yang lebih luas dengan berbagai komunitas bisnis untuk dapat mengeksplorasi langkah-langkah yang inovatif guna memanfaatkan berbagai peluang yang tersedia.

"Beberapa sektor yang diidentifikasi masih terbuka bagi pengusaha Indonesia di Vietnam, seperti sektor hilir minyak dan gas, perhotelan dan properti," ungkap Menlu Retno.

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018