"Dari data-data yang ada, kemungkinan terbesar adalah akibat beban berlebih yang menyebabkan keruntuhan tersebut, " kata Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moewanto, kepada pers di Jakarta, Selasa petang.
Menurut Arie, pada saat kejadian sekitar pukul 11.05 WIB, pada jembatan yang memang sudah lama tersebut, melintas satu "dump truck" limbah smelter dan dua truk muatan penuh pasir serta satu sepeda motor.
"Namun, untuk memastikan dan melakukan investigasi, kami mengirim tim ahli dan independen dari Puslitbang Jalan dan Jembatan ke lokasi besok (18/4) pagi," katanya.
Dirjen menjelaskan, tim tersebut akan memeriksa struktur dan kondisi jembatan di lapangan dan untuk kemudian analisis apakah perlu dilakukan penggantian menyeluruh atau membuat jembatan baru atau hanya mengganti bentangnya saja.
"Di jembatan itu ada lima bentang dengan masing-masing bentang panjangnya 260 meter dan mudah-mudahan pilarnya tidak rusak," katanya.
Jika pilarnya tidak rusak, kata Arie, maka hanya diperlukan penggantian bentangnya saja dan pemerintah punya stok sehingga sebelum Lebaran diharapkan perbaikannya sudah selesai.
Arie mengakui bahwa Jembatan Cincin itu memang jembatan lama, tetapi setiap tahun telah ada pemeliharaan, dan tahun lalu memang ada pengencangan terhadap mur dan pelengkap jembatan lainnya.
"Itu harus terus dipelihara dan setiap tahun sudah ada anggarannya," katanya.
Arie mengatakan bahwa seluruh jembatan di jalur jalan nasioal didesain untuk bisa menanggung beban maksimum 45 ton. "Data yang ada selama ini, di seluruh jembatan nasional, dilewati oleh truk yang sekitar 60 persen, bermuatan lebih. Ini yang selalu kita duduk bersama dengan pihak terkait," katanya.
Oleh karena itu, tegasnya, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan agar jembatan timbang lebih profesional lagi karena muatan lebih itu sangat merugikan khususnya untuk perkerasan jalan dan jembatan.
"Muatan lebih itu sangat merusak," katanya.
Arie atas nama pemerintah, pihaknya menyatakan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada para korban dan keluarga.
Baca juga: Jembatan Widang yang ambruk masih bergerak
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018