"Juli atau Agustus ini kita sudah mulai, untuk sementara kita terima 40 sampai 50 santri," kata Syamsi Ali yang juga imam di Islamic Center of New York usai bertemu Menteri Sosial Idrus Marham di Jakarta, Kamis.
Imam Syamsi Ali mengatakan pesantren tersebut akan menerima santri internasional termasuk non muslim dengan karakter bangunan Indonesia sebagai misi memperkenalkan Indonesia dan Islam.
Pesantren tersebut berada di lahan seluas 7,5 hektare di antara Kota New York dan Boston dan berlokasi di tengah-tengah universitas terkenal seperti Harvard, Boston, Yale, MIT dan tidak jauh dari NYU, Colombia, dan sebagainya.
Dia menjelaskan ada beberapa alasan pendirian pesantren di Amerika yaitu pertama ada stereotype di Amerika bahwa Islam itu Timur Tengah.
"Kami ingin sampaikan bahwa Islam itu universal untuk semua manusia jadi jangan dikaitkan dengan Timur Tengah saja. Timteng itu kan identik dengan konflik dan kekerasan. Kita tidak ingin Islam selalu dikaitkan dengan hal seperti itu," katanya.
Alasan kedua, menurut dia islamofobia rata-rata meninggi karena ketidakpahaman. Maka cara terbaik untuk menjawab islamofobia tersebut adalah dengan kerja nyata.
"Alasan terpenting adalah setelah 21 tahun berdakwah di AS, kita Ingin tunjukan bahwa Indonesia adalah negara muslim terbesar. Yang dikenal di luar negeri hanya Bali saja, kita juga ingin kenalkan Indonesia," tambah dia.
Diperkirakan anggaran untuk membangun pesantren hingga sesuai harapan lebih besar lagi dan mampu menampung ribuan santri mencapai 10 juta dolar AS.
Menurut dia, mimpi terbesar adalah mendirikan mualaf center karena perkembangan mualaf yang begitu besar.
Terkait pembangunan pesantren Nusantara Madani, Mensos Idrus Marham mendukung penuh.
"Apa yang dilakukan ini tugas mulia karena itu harus Kita dukung sepenuhnya. Artinya bahwa ingin upaya meyakinkan mengubah opini sebagian besar orang-orang Amerika tentang Indonesia dan Islam. Harus kita dukung sepenuhnya karena ini misi yang baik," ujar Mensos.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018