Mbabane (ANTARA News) - Raja Mswati III dari Swaziland, salah satu monarki absolut di dunia, mengumumkan perubahan nama negaranya menjadi eSwatini untuk menandai 50 tahun kemerdekaan dari pemerintahan Inggris.Swaziland kini kembali ke nama aslinya...
Raja Mswati III mengumumkan perubahan nama tersebut dalam perayaan hari kemerdekaan di sebuah stadion olahraga di kota terbesar kedua Manzini pada Kamis (19/4).
"Saya ingin mengumumkan bahwa Swaziland kini kembali ke nama aslinya," kata sang raja, mengenakan seragam militer merah.
"Negara-negara Afrika setelah merdeka kembali ke nama kuno mereka sebelum mereka dijajah. Jadi mulai sekarang di negara ini akan secara resmi dikenal sebagai Kerajaan eSwatini," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
eSwatini, yang berarti "tempat Swazi", merupakan nama bahasa Swazi untuk negara kecil yang terkurung daratan antara Afrika Selatan dan Mozambik itu.
Tidak seperti beberapa negara lain yang mengubah nama setelah kemerdekaan, seperti Rhodesia menjadi Zimbabwe dan Nyasaland menjadi Malawi dan Bechuanaland menjadi Botswana, Swaziland tidak mengubah namanya ketika merdeka tahun 1968 setelah menjadi protektorat Inggris selama lebih dari 60 tahun.
Nama Swaziland menyulut amarah sebagian warga karena merupakan perpaduan dari Swazi dan Inggris.
Langkah tersebut sudah menjadi perdebatan selama beberapa tahun, dengan anggota parlemen mempertimbangkan masalah itu pada 2015. Mswati III telah menggunakan nama baru itu dalam pidato kenegaraan sebelumnya.
Raja yang mewarisi takhta tahun 1986 pada usia 18 tahun itu memerintah berdasarkan dekret dan sering dikritik karena gaya hidup mewah sementara kemiskinan meliputi warganya.
Partai-partai politik dilarang ambil bagian dalam pemilihan umum dan hanya kandidat yang disetujui oleh pemimpin-pemimpin yang setia kepada raja yang bisa mengikutinya di kerajaan berpenduduk 1,3 juta jiwa yang menghadapi tingkat penularan HIV tertinggi di dunia dengan 27 persen orang dewasa terinveksi virus tersebut. (mr)
Baca juga: Monarki Terakhir Afrika Swaziland Adakan Pemilihan Parlemen
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018