• Beranda
  • Berita
  • Waktu ketika tisu basah tak bisa gantikan cuci tangan

Waktu ketika tisu basah tak bisa gantikan cuci tangan

23 April 2018 16:03 WIB
Waktu ketika tisu basah tak bisa gantikan cuci tangan
Hari Cuci Tangan Se Dunia Sejumlah murid SD Negeri 3 Serang antri untuk mencuci tangan pada peringatan Hari Cuci Tangan se Dunia di Cipocok, Serang, Banten, Jumat (14/10/2016). Untuk meningkatkan kualitas hidup sehat serta membasmi kuman penyakit, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan terus menggalakan kampanye pola hidup sehat dengan menanamkan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun sejak anak-anak. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)
Jakarta (ANTARA News) - Adakalanya tisu basah atau cairan pembersih tangan menjadi pilihan orang untuk membersihkan noda di tangan. Cuma, ada saatnya benda ini tak bisa membantu menjaga kebersihan tangan. Kapankah itu?

"Saat tangan kita tampak kotor secara kasat mata. Tisu basah tidak cukup. Kalau hanya habis salaman dengan orang lain, bisa. Tetapi saat tangan kotor tidak bisa digunakan (tisu basah)," ujar ahli mikrobiologi klinis dari UKRIDA, Dr. Wani Gunardi, SpMK dalam acara "Indonesia Hygiene Forum" di Jakarta, Senin. 

Wani mengatakan cuci tangan maksimal adalah menggunakan air dan sabun untuk membersihkan kotoran, termasuk bakteri dan kuman dari tangan. Agar hasilnya nyata, perilaku ini tentu tak bisa dilakukan sembarangan. 

"20-30 detik. Caranya, seluruh tangan harus terusap. Mulai dari telapak tangan, sela-sela jari, kuku juga harus diusap. Lalu punggung tangan, terakhir jempol," papar Ketua Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) DKI itu. 

Cuci tangan menggunakan sabun telah terbukti menurunkan risiko seseorang terserang sejumlah penyakit seperti diare, influenza, cacingan, infeksi mata dan infeksi kulit. 

"Dengan mencuci tangan membantu mencegah berbagai penyakit antara lain diare, ispa. Kalau batuk lalu menutup mulut menggunakan tangan, sementara tangan tidak dicuci, ini bisa menjadi sumber penularan ke orang lain," kata Wani. 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018