Jakarta (ANTARA News) - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengaku senang dengan hasil sejumlah survei yang menyebutkan elektabilitas Joko Widodo terus naik dan mengungguli kandidat lain.Ini menunjukkan bahwa Jokowi seorang negarawan, bukan hanya sekelas politisi biasa. Dampak dari `kerja, kerja, kerja` itu tak bisa dibantah, kini sudah mulai terlihat dan terasa."
"PSI sebagai pendukung Pak Jokowi senang dengan hasil survei itu. Kalau melihat tren survei, Insya Allah Pak Jokowi akan menjadi presiden kita untuk periode kedua," kata Juru Bicara PSI Dedek Prayudi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Litbang Kompas merilis hasil survei dan mengindikasikan elektabilitas Jokowi semakin menjauhi pesaing utamanya selama ini, yaitu Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Elektabilitas Jokowi mencapai 55,9 persen, sedangkan elektabilitas Prabowo Subianto terus menurun ke level 14,1 persen.
"Kami tidak terkejut. Proyek Strategis Nasional (PSN) yang sudah rampung berjumlah 30 PSN yang antara lain berbentuk jalan tol, bandara, pelabuhan, dan bendungan. Seluruh hasil pembangunan infrastruktur ini memberikan angin segar bagi roda perekonomian setempat dan nasional," ujar Dedek.
Uki, sapaan akrab Dedek Prayudi, juga melihat Indonesia di bawah Presiden Jokowi telah membawa berbagai perbaikan langsung kepada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Ia mencontohkan turunnya angka kemiskinan dari 11,25 persen pada 2014 menjadi 10,12 persen pada 2017. Tingkat inflasi juga berhasil ditekan dari 8,5 persen (2014) menjadi 3,5 persen (2017).
"Sementara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga mengalami peningkatan yang signifikan dari 68,9 pada 2014 menjadi 70,8 pada 2017," kata Uki, mengutip data Badan Pusat Statistik.
Uki mencatat walaupun seluruh kenaikan IPM terjadi di seluruh provinsi, kenaikan yang paling tajam justru terjadi di Indonesia bagian timur, seperti Provinsi Papua, Papua Barat, dan Gorontalo, padahal lebih dari 60 persen penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa dan Bali.
"Kalau Presiden Jokowi hanya mementingkan efek elektoral, pembangunan Indonesia Timur tidak akan secepat itu," ujarnya.
Mantan Peneliti Kebijakan United Nations Population Fund ini juga meyakini Presiden Jokowi adalah seorang negarawan. Hal itu terbukti dari keadilan sosial bagi rakyat Indonesia yang telah dan sedang dijalankan Jokowi.
"Ini menunjukkan bahwa Jokowi seorang negarawan, bukan hanya sekelas politisi biasa. Dampak dari `kerja, kerja, kerja` itu tak bisa dibantah, kini sudah mulai terlihat dan terasa," tuturnya.
Sebelumnya, awal Januari 2018, SMRC mengindikasikan bahwa terjadi tren meningkat pada elektabilitas Jokowi. Sebaliknya, tren menurun pada elektabilitas Prabowo dan calon potensial lain dari waktu ke waktu.
Seluruh survei dalam beberapa bulan belakangan menjagokan Jokowi sebagai pemenang Pilpres 2019. Contoh lain, dengan simulasi sembilan nama, pada Oktober 2017, Populi Center mengindikasikan elektabilitas Jokowi mencapai 48,3 persen, jauh mengungguli Prabowo yang elektabilitasnya hanya 26 persen.
Lembaga survei lain, Poltracking, bahkan mencatat selisih yang lebih jauh di antara dua kandidat, yakni 57,6 persen untuk Jokowi dan 33,7 persen untuk Prabowo pada September 2017.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018