"Pada prinsipnya tidak ada yang keberatan, secara politis tidak ada keberatan, Singapura juga secara politis mendukung," kata Ade di Singapura, Kamis.
Sejak Timor Leste menyatakan keinginan untuk menjadi anggota ASEAN pada 2011, Singapura dikenal sebagai negara anggota yang paling keras mengkritisi kesiapan negara yang baru melepaskan diri Indonesia pada 2002 itu.
"Masalahnya adalah practical economy karena ini memang berat, ya, ASEAN punya berbagai pertemuan yang harus dihadiri juga share-cost yang harus ditanggung masing-masing anggota," tutur dia.
Pembahasan keanggotaan Timor Leste telah menjadi agenda rutin sejak negara tersebut mencalonkan diri pada 2011, saat Indonesia menjadi ketua ASEAN.
Untuk menindaklanjuti proses keanggotaan tersebut, kelompok kerja Komite Koordinasi ASEAN (ACC) telah merekomendasikan pengiriman tim penilaian ke Timor Leste untuk melihat kesiapan negara itu di tiga pilar ASEAN, yakni politik dan keamanan, ekonomi dan sosial-budaya.
Hasil pertemuan ACC di Jakarta 2017 juga akan disampaikan dalam pertemuan ACC di singapura yang merupakan bagian dari pertemuan tingkat menteri ASEAN (AMM) pada Jumat 27 April 2018.
"Hasil dari assessment tiga pilar ini akan dilaporkan kepada para menteri dalam proses selanjutnya," ujar Ade.
Selain masalah kesiapan di tiga pilar ASEAN, Ade menunjukkan hambatan lain bagi Timor Leste untuk menjadi anggota perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara adalah syarat memiliki kedutaan besar di semua negara ASEAN.
"Bagaimana jadi anggota kalau tidak punya perwakilan, kan susah. Ini realitas yang sering jadi argumen, tapi kita yakinlah Timor Leste mampu penuhi secara bertahap," imbuhnya.
SOM ASEAN menjadi salah satu rangkaian pertemuan sebelum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-32 di Singapura, 25-28 April 2018.
Catatan editor: perbaikan dilakukan pukul 15.40 pada judul dan teras berita
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018