"Orang Bali kian hari `kan makin banyak yang datang ke sana dan biasanya ketika mau mandi itu takut karena dinginnya air Sungai Gangga. Supaya tidak dingin, jadi menurut saya harus sembahyang dulu," kata Pastika, di Denpasar, Kamis.
Menurut Pastika, sebagai umat Hindu, maka sebelum mandi suci di Sungai Gangga, alangkah baiknya kalau umat "nunas" atau memohon izin dulu kepada Ibu Gangga yang disucikan di tempat itu.
"Harus kuat dulu diri kita. Oleh karena itu, orang Bali perlu satu alat untuk mengkonsentrasikan diri kita. Pelinggih (tempat suci-red) maksudnya seperti itu. Tetapi saat ini pelinggihnya `kan nggak ada," ucapnya.
Terkait dengan rencana membangun pelinggih yang nantinya akan berbentuk padmasari dengan ukuran lebih besar itu, telah dibicarakan langsung dan mendapat persetujuan dari Menteri Pariwisata dan Kebudayaan di Uttarakand India, saat Gubernur mengadakan kunjungan ke India dari 22-25 April 2018.
Pastika menambahkan, saat rencana itu disampaikan, sempat terlontar dari Pemerintah India agar bahan atau material pelinggih diambilkan dari daerah setempat.
"Tetapi saya bilang nggak bisa, kita (masyarakat Bali) mau pelinggih itu dari batu yang keluar dari perut bumi," ujarnya.
Oleh karenanya pelinggih yang akan dikirimkan ke India itu nantinya berasal dari Bali dengan menggunakan material batu tabas (batu hitam) dari Karangasem, yang asal batunya dari isi perut bumi hasil letusan Gunung Agung.
"Kalau orang `nggak ngerti masalah spiritual, langsung nyebur (ke Sungai Gangga) bisa pingsan itu karena dinginnya. Apalagi yang datang ke sana itu kualitas spiritualnya tidak sama," katanya.
Pastika bertekad bangunan pelinggih yang biayanya berasal dari uang pribadinya sendiri, sudah bisa berdiri dan selesai dilangsungkan ritual penyucian, sebelum Pastika mengakhiri jabatannya pada akhir Agustus mendatang.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018