"Kota Sejuta Event ini merupakan wisata alternatif menyusul masih terbatasnya potensi alam di wilayah perkotaan yang bisa dijadikan sebagai destinasi wisatawan," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Parbud Kota Bekasi Agus Enap di Bekasi, Kamis.
Menurut dia, wilayah motropolitan yang bersebelahan dengan Jakarta itu minim potensi alam yang bisa digarap sebagai destinasi wisata menyusul pesatnya pembangunan bisnis properti dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Satu-satunya sektor wisata alam di Kota Bekasi adalah curug Parigi di Kecamatan Bantargebang berupa air terjun mini di aliran Kali Bekasi.
"Kami membutuhkan dana Rp25 miliar untuk menggarap kawasan itu. Memang cukup berat untuk menjadikan Curug Parigi sebagai destinasi wisata alam karena kami harus menetralisasi kandungan limbah di Kali Bekasi, membebaskan lahan untuk akses jalan dan pengadaan sarana prasarana lainnya," katanya.
Sektor wisata lainnya yang juga digarap Pemkot Bekasi adalah okupansi bioskop yang selama ini diklaim cukup mendongkrak perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap tahunnya.
"Bioskop ini cukup efektif mendatangkan wisatawan dari luar daerah untuk sekadar menyaksikan tayangan film box office maupun film-film produksi nasional. Kita masih mengembangkan itu," katanya.
Sektor wisata alternatif kegiatan kemasyarakatan, kata Agus, akan mengadopsi implementasi di Banyuwangi, Jawa Timur.
"Di Banyuwangi dalam setahun bisa digelar 60 kali festival. Kegiatan itu cukup signifikan mendongkrak kehadiran wisatawan nasional maupun mancanegara. Kita ingin adopsi itu di Kota Bekasi," katanya.
Menurut Agus, event di Kota Bekasi terbilang masih sangat minim, rata-rata hanya digelar maksimal dua kali dalam setahun.
"Kami ingin menjadikan Kota Bekasi sebagai Kota Sejuta Event yang berpeluang mendatangkan wisatawan lokal dan mancanegara," katanya.
Untuk merealisasikan program tersebut, kata Agus, dilakukan pihaknya dengan mengintensifkan koordinasi bersama sejumlah komunitas masyarakat dan perusahaan swasta.
"Di Kota Bekasi ini banyak komunitas seniman, budaya, otomotif dan lainnya yang bisa kami libatkan sebagai penyelenggara. Sumber pendanaan bisa kami garap dari swasta yang berkepentingan," katanya.
Agus menambahkan, sejumlah event yang banyak menyedot animo masyarakat di Kota Bekasi di antaranya perayaan Cap Go Meh, Bekasi Jaman Now dan pawai budaya.
Perayaan Cap Go Meh yang menandai pergantian tahun Imlek setiap tahunnya bisa mendatangkan puluhan ribu penonton, namun kegiatan itu masih digelar secara swadaya masyarakat.
"Belum ada peran pemerintah yang signifikan di acara Cap Go Meh. Ke depan kami ingin menyumbang konsep yang lebih beragam lagi, tidak hanya terbatas pada kebudayaan Tionghoa, tapi juga harus mewakili seluruh etnis yang ada di Bekasi," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018