"Di 2017 kemarin, kami melakukan kegiatan pembasahan kerjasama dengan TRGD (Tim Restorasi Gambut Daerah) membangun sampai 8000 sekat kanal. Luasannya 200 ribu hektare (ha)," kata Nazir di Banjarmasin, Jumat.
BRG, lanjutnya, juga sudah mulai melakukan percobaan untuk upaya revegetasi (revegetation) di sejumlah lokasi. Dan melakukan revitalisasi ?livelihood? (revitalization livelihood) dengan membantu 101 kelompok yang ada di 75 desa.
Selain itu, ia mengatakan Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga telah memberikan arahan pada perusahaan untuk melakukan pemulihan gambut di kawasan perusahaan.
Dari target lebih dari 2,4 juta ha lahan gambut yang harus direstorasi dalam lima tahun sejak 2016, sekitar 1,4 juta ha ada di kawasan perusahaan, sehingga mereka perlu diarahkan.
Sampe 2017, ada sejumlah perusahaan HTI dan perkebunan sawit dengan total luas area gambut mencapai 1,2 juta ha yang telah sepakat untuk melakukan restorasi, ujar dia.
"Tapi tentu dampaknya harus kita pantau terus, apakah betul sudah basah. Ilmu restorasi gambut itu relatif baru. Ilmu tanam padi dan reforestasi mungkin sudah lama jadi tidak perlu ada pengarahan, tapi ilmu memperbaiki gambut itu baru sehingga perlu arahan agar bisa menjalankannya," lanjut Nazir.
BRG juga melakukan pemantauan tinggi muka air di lahan gambut secara real time dengan water logger hasil pengembangan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang bekerja sama dengan Jepang guna melihat kerentanan gambut terbakar.
Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018