"Kita tidak ingin kejadian migrasi `irregular` besar-besaran di kawasan seperti yang terjadi di tahun 2015 terulang kembali," kata Menlu Retno Marsudi, seperti disampaikan dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI Retno Marsudi dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Singapura pada Jumat (27/4).
Menlu Retno mengungkapkan kekhawatiran mendalam atas munculnya arus migrasi tidak teratur dalam beberapa hari belakangan di kawasan Asia Tenggara.
"Keinginan untuk menghindari kesulitan di tempat asalnya, membuat migran juga jatuh kedalam tangan sindikat perdagangan orang," ujar Retno.
Untuk itu, Menlu RI mengajak semua negara anggota ASEAN untuk meningkatkan kemampuan menjawab isu migrasi tidak teratur tersebut, antara lain melalui kerja sama penegakan hukum, pertukaran informasi dan peningkatan kapasitas di ASEAN.
Menlu Retno juga menegaskan pentingnya kerja sama antara negara asal, negara transit dan negera tujuan dalam menanggulangi migrasi tidak teratur sebagai bentuk solidaritas dan tanggung jawab ASEAN.
Pertemuan Menlu ASEAN kali ini juga membahas sejumlah isu penting lainnya, antara lain perkembangan demokrasi dan HAM, situasi di Rakhine State, dan diskriminasi kelapa sawit yang dialami Indonesia dan Malaysia.
Pertemuan Menlu ASEAN itu merupakan rangkaian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-32. Di bawah Keketuaan Singapura pada 2018, ASEAN mengusung tema "Inovatif dan Berketahanan".
Selain itu, kerja sama "ASEAN Smart Cities Network" dan keamanan dunia maya menjadi prioritas utama ASEAN tahun ini.
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018