"Kegiatan ruwah kubur ini sarat dengan nilai budaya dan tradisi temurun, ini memiliki nilai kearifan lokal yang mesti tetap dilestarikan dan kegiatan positif ini dikemas lebih baik lagi sehingga menjadi agenda wisata religius," ujarnya di Koba, Senin.
Hal itu dikemukakannya menyikapi kegiatan ruwah kubur di Desa Kretak pada Sabtu (29/4) yang dihadiri ribuan masyarakat berdatangan dari berbagai daerah dan berdoa bersama di pemakaman umum serta membaca tahlil, yasinan dan tablik akbar.
"Antusiasme masyarakat sangat luar biasa, ini tidak hanya bermuatan tradisi saja tetapi sudah memiliki nilai wisata religius makanya harus dikemas dengan baik," katanya.
Menurut Ibnu, kegiatan tersebut merupakan khasanah budaya lokal yang harus tetap dilestarikan dan ditularkan kepada generasi selanjutnya sehingga tidak lekang oleh kemajuan zaman.
"Ini kental dengan nuansa budaya dan agama, kegiatannya sangat positif dan saya rasa tidak bertentangan dengan agama Islam sehingga harus tetap dilestarikan," ujarnya.
Ruwah kubur adalah prosesi doa bersama di pemakaman umum, dimana sebelumnya mendengarkan ceramah agama dan makan bersama ("nganggung" dalam bahasa Bangka).
Kegiatan yang dipimpin para tokoh agama Islam dan tokoh adat ini melibatkan ribuan warga dan dihadiri sejumlah pejabat daerah.
Pewarta: Ahmadi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018