Dokter spesialis mata, dr Zoraya Ariefia Feranthy SpM mengatakan di Jakarta, Senin, penerapan rumus 20-20 tersebut untuk menjaga mata agar tidak terjadi kelainan refraksi seperti mata minus, plus, atau silinder.
Dokter yang akrab disapa Ranthy tersebut mengatakan faktor risiko kelainan refraksi yang bisa dikendalikan ialah faktor kebiasaan. Sementara kelainan refraksi akibat faktor genetik tidak bisa dicegah atau dikendalikan.
"Yang bisa kita kendalikan faktor kebiasaan. Kebiasaan baca dekat, dan juga faktor paparan gadget terus menerus," kata dokter Ranthy.
Baca juga: Pakar: Penggunaan gawai tingkatkan tren sindrom mata kering
Dia menjelaskan setiap mata beraktivitas dengan bekerja jarak dekat seperti membaca buku, memandangi layar komputer dan gawai selama 20 menit, disarankan untuk mengistirahatkan mata selama 20 detik dengan melihat jarak jauh.
"Istirahatkan mata lihat yang jauh lebih dari lima meter selama 20 detik, itu untuk menjaga kelainan refraksi," kata Ranthy.
Sementara mengenai asupan makanan dengan kandungan khusus yang baik untuk mata berperan dalam meningkatkan kemampuan sel-sel di retina mata dalam menangkap cahaya.
Selain itu juga makanan dengan kandungan gizi yang baik untuk mata bisa membantu menjernihkan media atau lensa mata dalam melihat.
Baca juga: Prosedur lasik hanya untuk usia di atas 18 tahun
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018