Khofifah menilai perjuangan Marsinah perlu diapresiasi karena dengan jasanya, kesejahteraan buruh terangkat. Perjuangan Marsinah juga menjadi sejarah pada hari buruh nasional ini.
"Marsinah memberikan perjuangan dan pengorbanan untuk membawa kebaikan bagi para buruh, para karyawan. Itu menjadi catatan sejarah di negeri ini," kata Khofifah saat di makam Marsinah, Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Selasa.
Dia didampingi calon Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak. Keduanya tiba di makam Selasa pagi tadi untuk langsung ke makam Marsinah.
Di tempat ini, Khofifah tanpa sengaja bertemu dengan sejumlah buruh pabrik industri yang juga berziarah. Mereka akhirnya berdoa bersama. Doa-doa dipanjatkan dengan khusyuk yang dipimpin oleh Khofifah dan diikuti seluruh orang yang ziarah.
Marsinah adalah buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya (CPS) di Desa Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo. Saat itu pada 1993, Marsinah memimpin aksi pekerja PT Catur Putra Surya untuk memperjuangkan upah layak untuk buruh.
Hasil perjuangannya, Gubernur merilis surat instruksi Nomor 50 Tahun 1992 yang berisi imbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawan dengan memberikan kenaikan 20 persen gaji pokok. Seusai tuntutan dipenuhi, sejumlah buruh dan Marsinah dipanggil aparat Komando Distrik Militer.
Pascapemanggilan, Marsinah hilang tanpa diketahui kabar sampai ditemukan sudah meninggal dunia dengan tubuh penuh luka. Jenazahnya dimakamkan di Nganjuk. Saat ini, setiap 1 Mei, di makam Marsinah selalu ramai peziarah dari buruh dan masyarakat untuk mendoakan sekaligus mengenang jasanya.
Setelah ziarah, Khofifah sempat menemui keluarga Marsinah yang rumahnya tidak terlalu jauh dari makam. Setelah bertemu dan dialog sebentar, Khofifah dan Emil meninggalkan rumah ini untuk agenda lainnya.
Baca juga: Tagar Hari Buruh penuhi lini masa
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko/ Asmaul Chusna
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018