• Beranda
  • Berita
  • Tokoh Lebak: kurikulum Islam moderat perkuat persatuan

Tokoh Lebak: kurikulum Islam moderat perkuat persatuan

1 Mei 2018 21:36 WIB
Tokoh Lebak: kurikulum Islam moderat perkuat persatuan
Dokumentasi Sejumlah peserta aksi mengarak ondel-ondel saat long march menuju Monas untuk mengikuti aksi 212 atau 2 Desember di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (2/12/2016). Aksi tersebut untuk mendesak pihak terkait agar segera menuntaskan kasus dugaan penistaan agama. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)

Kami mendorong kurikulum Islam moderat dan toleran sehingga melahirkan karakter yang cinta damai, menebar kasih sayang, santun dan menghargai."

Lebak (ANTARA News) - Tokoh masyarakat Kabupaten Lebak Roji Santani mengatakan rencana pemerintah melaksanakan kurikulum Islam moderat dan toleran dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

"Kita berharap kurikulum itu bisa direalisasikan," kata Roji Santani di Lebak, Selasa.

Selama ini, masyarakat Indonesia yang mayoritas pemeluk agama Islam tentu sangat mencintai kedamaian dan kasih sayang.

Selain itu juga saling menghargai dan menghormati di tengah perbedaan suku, agama, bahasa dan budaya.

Sebab, ajaran Islam sangat toleran terhadap keanekaragaman perbedaan itu.

Apabila, pemerintah akan menerapkan kurikulum Islam moderat dan toleran di sekolah-sekolah dapat memberikan pemahaman kecintaan terhadap tanah air.

Di samping itu dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa sehingga tidak mudah dipecahbelah maupun adu domba.

Begitu juga penerapan kurikulum itu dipastikan bisa menangkal paham radikalisme maupun gerakan ekstremis.

Penerapan kurikulum Islam moderat dan toleran tentu akan diterima oleh masyarakat.

Namun, terlebih dahulu dilakukan pengkajian yang melibatkan tokoh agama, pakar dan masyarakat.

"Kami optimistis kurikulum itu akan membangun cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," katanya menjelaskan.

Menurut dia, saat ini bangsa Indonesia tengah diguncang maraknya penyebaran paham radikalisme maupun ekstremis dan mereka merektur dari kalangan pelajar dan mahasiswa.

Dimana kelompok itu dinilai pemikiranya masih belum stabil sehingga mudah menerima doktrin yang menyesatkan.

Misalnya, kata dia, kasus bom panci yang terjadi di Bandung tahun lalu adalah pelakunya salah satu mahasiswa.

Penyebaran paham radikalisme tentu sangat berpotensi di kalangan pelajar dan mahasiswa.

"Kami mendorong kurikulum Islam moderat dan toleran sehingga melahirkan karakter yang cinta damai, menebar kasih sayang, santun dan menghargai," katanya menjelaskan.

Pewarta: Mansyur
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018