Rencana amandemen untuk perpanjangan BSA itu disepakati dua negara di sela Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 (Jepang, China dan Korea Selatan) di Manila, Filipina, Jumat.
Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia, Doddy Zulverdi, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, mengatakan, melalui amandemen BSA dengan Jepang, Indonesia mendapat tambahan opsi penyediaan devisa dalam bentuk yen Jepang, setelah sebelumnya hanya berdenominasi dolar Amerika Serikat.
Fasilitas penyediaan devisa tersebut dapat digunakan Bank Indonesia untuk mengintervensi pasar guna mengendalikan nilai tukar rupiah. Namun fasilitas tersebut bersifat kondisional. Artinya Bank Indonesia akan mempergunakan devisa tersebut jika hanya Bank Sentral benar-benar membutuhkan likuiditas valas untuk stabilisasi rupiah.
"Ini untuk memperkuat jaring pengaman atau second line of defense dan juga meningkatkan penggunaan mata uang non dolar AS," ujar dia.
Meski diberikan penyediaan devisa oleh Jepang, Zulverdi menegaskan, cadangan devisa Indonesia sebenarnya masih mencukupi untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Saat pertama kali kerja sama BSA dengan Jepang dijalin pada 17 Februari 2003, dia menjelaskan, Indonesia belum pernah memanfaatkan fasilitas BSA itu.
Perpanjangan kerja sama ini, kata dia, untuk memperkuat jaring pengaman lapis kedua atau "second line of defense" ketika tambahan devisa sewaktu-waktu dibutuhkan.
Bank Sentral memastikan akan menggencarkan stabilisasi nilai tukar rupiah mengingat tekanan ekonomi eskternal yang bisa memicu arus modal keluar semakin kencang karena dinamika ekonomi di AS.
"Jumlah devisa kita pada akhir Maret 2018 sebesar 126 miliar dolar AS masih cukup. Jumlah itu masih lebih dari cukup untuk pembiayaan tujuh bulan impor dan lebih dari batas treshold kecukupan internasional," ujar dia.
Sedangkan penambahan opsi likuiditas valas yen, kata dia, karena hubungan perdagangan dan investasi Indonesia dan Jepang yang semakin meningkat.
Rata-rata setiap tahun, nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai 23,9 miliar dolar AS per tahun, atau 14 persen dari total ekspor.
Sementara Jepang mengeskpor 17,1 miliar dolar AS ke Indonesia rata-rata setiap tahun atau 10,61 persen dari total impor Indonesia.
Pewarta: Indra Pribadi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018