• Beranda
  • Berita
  • BMKG: waspadai kemungkinan cuaca ekstrem masa pancaroba

BMKG: waspadai kemungkinan cuaca ekstrem masa pancaroba

4 Mei 2018 20:34 WIB
BMKG: waspadai kemungkinan cuaca ekstrem masa pancaroba
Dokumentasi Sejumlah warga membersihkan bangunan rumah yang terdampak angin puting beliung di desa Tambak Sawah, Waru Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (23/11/2017). Sekitar 500 rumah di tiga desa yaitu Desa Tambak Rejo, Tambak Sumur dan Tambak Sawah mengalami kerusakan akibat diterjang angin puting beliung yang terjadi pada Rabu (22/11/2017). (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)
Magelang (ANTARA News) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat harus tetap waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem pada masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

"Pada masa pancaroba ini masih ada kemungkinan terjadi cuaca ekstrem dan juga puting beliung," katanya usai sosialisasi agroklimat di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat.

Ia menuturkan sebagaian besar wilayah Indonesia saat ini masih masa transisi dari musim hujan ke kemarau, namun ada sebagian wilayah yang sudah memasuki musim kemarau, yakni Nusa Tenggara hingga Bali.

Di Pulau Jawa termasuk Magelang, katanya masih transisi, yang harus diperhatikan saat pancaroba ini kondisi cuaca lokal yang sangat dinamis, masih bisa terjadi potensi puting beliung secara lokal.

Namun, di Pulau Jawa dan Indonesia bagian tengah sampai barat masih transisi dan diperkirakan puncak kemarau di Jawa sekitar bulan Agustus hingga September 2018. "Biasanya pada musim kemarau ada korelasinya dengan titik-titik api, artinya ada potensi terjadinya kebakaran lahan dan hutan," katanya.

Menurut dia pihaknya saat ini terus memantau, begitu terdeteksi ada titik api segera berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan BMKG di daerah.

"Stasiun BMGK terdekat dengan calon titik api segera bergerak dengan TNI, Dinas Lingkungan Hidup dan lainnya untuk mengantisipasi timbulnya kebakaran. Jangan samapi ada yang melanggar, entah karena membuang puntung rokok atau terjadi ulah manusia yang memicu terbakarnya lahan," katanya.

Ia mengatakan potensi itu tidak harus terjadi kebakaran, potensi tersebut karena udara sangat kering, tanah juga kering sehingga disulut sedikit saja langsung terbakar.

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018