"Saya berterima kasih kepada anda semua yang telah memutuskan untuk belajar budaya dan bahasa Indonesia dengan memanfaatkan beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Malam ini saya mengangkat anda semua menjadi duta budaya Indonesia untuk selama-lamanya," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy melalui siaran pers di Jakarta, Minggu.
Darmasiswa adalah program pemberian beasiswa non-gelar selama satu tahun oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada mahasiswa asing dari negara-negara sahabat untuk belajar di perguruan tinggi di Indonesia.
Program ini juga telah menjadi timbal-balik (resiprokal) pemberian beasiswa antara Indonesia dengan negara mitra, dan telah menjadi program diplomasi lunak melalui hubungan antarwarga dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.
Duta Besar Republik Sudan Elsiddieg Abdulaziz Abdalla mengungkapkan bahwa Bahasa Indonesia akan segera menjadi bahasa internasional.
Dubes Republik Sudan memuji para pengajar bahasa Indonesia sangat mahir sehingga mampu membuat siswa asing mudah menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, peserta Darmasiswa diajak untuk berinteraksi sekaligus mengenal budaya Indonesia melalui masyarakat lokal.
Belajar Bahasa Indonesia juga dilakukan sembari belajar membatik, memasak masakan khas daerah, dan juga dengan berbagi ilmu yang mereka miliki seperti mengajarkan Bahasa Inggris; dan sebaliknya masyarakat lokal mengajarkan mereka berbahasa Indonesia dengan baik.
Sejak dimulai tahun 1974, program Darmasiswa telah diikuti oleh 7.852 peserta yang berasal dari 121 negara sahabat yang belajar di berbagai perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri (PKLN) Suharti mengungkapkan bahwa awalnya program ini hanya mengundang peserta dari kawasan ASEAN dengan peserta yang hanya sekitar puluhan orang.
Dengan pertimbangan bahwa program ini sangat strategis sebagai sarana diplomasi budaya, jumlah dan cakupan negara yang diundang terus ditingkatkan.
Untuk tahun akademik 2017/2018, peserta Darmasiswa disebar ke 55 perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk belajar seni budaya dan bahasa Indonesia.
Sementara itu Martina Gavalirova dari Slovakia yang belajar di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung sangat terkesan dengan cara belajar bahasa dan budaya melalui praktik di masyarakat.
Ia tidak hanya belajar bahasa Indonesia, namun juga belajar bahasa Sunda. Katanya, penting belajar bahasa daerah untuk mendapatkan diskon saat berbelanja di pasar tradisional.
"Saya percaya, mengenal bahasa dan budaya yang baru memberikan pemahaman yang lebih baik dalam memandang perbedaan dan meningkatkan toleransi," tutur perempuan yang akrab dipanggil Tina.
Karolina Siwacka, peserta dari Polandia yang belajar di ISI Padangpanjang Sumatra Barat mengaku sebelumnya tidak banyak mengetahui tentang Indonesia. Setelah setahun belajar di Padangpanjang, ia sangat kagum dengan budaya minang, khususnya tarian dan silat tradisi yang ditemuinya.
Moshe Ash yang berasal dari Amerika Serikat mengungkapkan kebahagiaannya dapat mengikuti program Darmasiswa. Setahun terakhir, ia berkenalan dengan teman-teman baru dari berbagai suku di Indonesia.
"Di sini, saya bisa makan bakmi Jawa bersama sekelompok mahasiswa Madura suatu saat, dan kemudian bermain video game di asrama Bugis berikutnya. Multikulturalisme adalah perekat yang dimiliki bangsa ini, dan ini adalah eksperimen sosial yang telah berhasil dengan baik," tutur Moshe Ash yang belajar di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018