"Investasi awal memang lebih mahal sekitar 25 persen dari aspal biasa, tapi jika dilihat daya tahannya yang mencapai 50 persen maka secara keseluruhan bisa dikatakan teknologi ini lebih murah," kata Karyudi, di Palembang, Senin.
Ia yang dijumpai disela-sela seminar mengenai teknologi komposit karet alam pada sekat kanal ini, mengatakan, pada tahun ini hasil penelitian dari Pusat Penelitian Karet mengenai aspal karet ini akan diterapkan di dua kabupaten di Sumatera Selatan.
"Jika ditotal mencapai 11 kilometer. Kami berharap pada tahun-tahun mendatang, seluruh jalan mengunakan aspal karet sehingga dapat membantu serapan dalam negeri untuk karet alam," kata dia.
Pusat Penelitian Karet diperintahkan meriset kemungkinan penggunakan karet alam untuk proyek infrastruktur selain dari yang sudah ada selama ini yakni dok kapal dan pintu air.
Sejauh ini, lembaga yang berpusat di Bogor ini telah menelurkan dua hasil penelitian yakni aspal karet dan komposit karet alam pada kanal bloking.
Menurut Karyudi, dua teknologi ini sudah siap pakai pada tahun ini karena sudah memenuhi uji kelayakan di beberapa lokasi.
"Untuk aspal karet malahan kami sudah mengujicobanya pada tahun lalu di Lido Jawa Barat, sementara kanal bloking sudah kami lakukan di April 2017. Hasilnya, dua-duanya sukses dan siap pakai, tinggal lagi kebijakan pemeritah dan sosialisasi ke kalangan swasta," ujar dia.
Jalan sejauh 8,32 kilometer di Kabupaten Musi Banyuasin dan Kota Lahat, Sumatera Selatan akan menggunakan aspal dengan campuran karet sebagai salah satu upaya pemerintah meningkatkan serapan karet dalam negeri.
Kepala Subdirektorat Standar dan Pedoman Direktorat Preservasi Ditjen Bina Marga Erwanto Wahyu Widayat mengatakan sejauh ini Provinsi Sumatera Selatan menjadi prioritas utama untuk penerapan aspal campuran karet alam karena menjadi salah satu daerah penghasil getah terbanyak di Indonesia.
Program yang menggunakan APBN Tahun Anggaran 2018 melalui Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum tersebut akan diterapkan di sejumlah jalan nasional Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lahat.
"Kami membutuhkan sebanyak 21,7 ton karet alam cair (lateks) dalam pengerjaan aspal karet di dua kabupaten ini," kata dia.
Harga karet di pasaran ekspor anjlok sejak 2013 hingga kini belum merangkak naik ke harga ideal di atas Rp10.000 per kg.
Pemerintah telah berupaya untuk mengatasinya, salah satunya menggandeng negara-negara pengekspor karet, di antaranya Thailand dan Malaysia, untuk mengurangi pasokan ekspor.
Namun, upaya ini juga kurang efektif mengingat terdapat negara-negara lain yang juga mengekspor karet. Saat ini di pasaran internasional terdapat kelebihan pasokan 2,5 juta ton.
Untuk itu, pemerintah menilai, langkah paling efektif untuk mengatasi persoalan ini yakni meningkatkan serapan dalam negeri mengingat sejauh ini baru mencapai 18 persen dari total produksi 3,1 juta ton per tahun.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018