Dalam pidato pada Jumat, Pompeo mengatakan bahwa "seorang diktator pada hari ini di Venezuela melumpuhkan ekonominya dan membuat orang-orangnya kelaparan," serta mendesak bantuan dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk mereka yang melarikan diri dari negara yang dilanda krisis tersebut.
"Tuan Pompeo menunjukkan kepedulian yang salah terhadap realitas Venezuela, sementara menyembunyikan efek buruk dari tindakan koersif sepihak pemerintahnya," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Venezuela, mengacu pada sanksi keuangan yang dikenakan terhadap Venezuela pemerintah Trump.
Dia mengatakan, pemerintah Trump telah meluncurkan manuver yang tidak menentu, tipikal dari arogansi dan keputusasaan politik imperialis, setelah gagal sekali dan lagi dalam menghadapi keinginan orang-orang untuk bebas dan merdeka.
Hampir 1 juta orang meninggalkan Venezuela antara 2015 dan 2017, menurut angka-angka yang ditentukan Amerika Serikat, untuk menghindari meningkatnya insiden kekurangan gizi dan penyakit yang dapat dicegah sebagai akibat dari runtuhnya sistem ekonomi sosialis negara itu.
Maduro menyalahkan situasi pada sanksi Amerika Serikat dan "perang ekonomi" yang dilancarkan oposisi. Dia siap untuk dipilih kembali pada 20 Mei dalam pemungutan suara yang sedang diboikot koalisi utama oposisi, yang menyebutnya sebagai hal yang palsu.
Politisi oposisi Henri Falcon keluar dari gerakan boikot dan akan melawan Maduro.
Pewarta: ANTARA
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018