Hasil perolehan medali ON-MIPA yang mempertandingkan empat kategori, yakni bidang Kimia, Biologi, Matematika, dan Fisika tersebut diumumkan secara bergantian di Dome UMM, Senin.
Kasubdit Penalaran dan Kreativitas Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) Kemenristekdikti Misbah Fikrianto mengakui dari 85 perguruan tinggi negeri dan swasta di Tanah Air, ITB yang paling banyak mendapatkan medali, baik emas, perak maupun perunggu.
"ITB mendapatkan medali di setiap bidang, bahkan di bidang Fisika tiga medali emas diborong ITB. Dari empat bidang itu, satu-satunya yang lolos hanya Biologi, dimana juara pertamanya adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun, ITB tetap mendapatkan medali emas di urutan kedua disusul Universitas Indonesia (UI)," katanya di sela penutupan ON-MIPA Perguruan Tinggi di Dome UMM.
Ia menerangkan dalam seleksi awal di tingkat wilayah, sekitar 4.974 mahasiswa, namun yang lolos secara nasional dan masuk sebagai finalis ada 256 peserta dari 85 PTN dan PTS di Indonesia. "Olimpiade ini bertujuan ntuk menghasilkan mahasiswa yang ahli di bidang sains dan Matematika, serta dapat menularkan kecintaan Matematika dan IPA pada masyarakat luas," ujarnya.
Bagi para pemenang atau peraih medali diberikan uang pembinaan, yakni peraih medali emas sebesar Rp7 juta, perak Rp5 juta, perunggu Rp3 juta, dan Honorable Mention sebesar Rp1,5 juta. Selain uang pembinaan, para peraih medali, baik emas, perak, dan perunggu, juga diberikan sertifikat.
"Khusus untuk peraih medali emas bidang matematika akan kami kirim ke Bulgaria untuk mengikuti olimpiade matematika interansional pada Juli mendatang. Sedangkan tiga bidang lainnya menyusul," ucapnya.
Selain ITB, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Institut Pertanian Bogor (IPB), serta Universitas Surabaya, juga meraih beberapa medali.
Sebelumnya, Sekretaris Dirjen Belmawa Prof Rina Indriastuti mengatakan ON-MIPA perguruan tinggi merupakan kegiatan strategis mahasiswa yang berlatar belakang MIPA untuk turut ambil bagian dalam lini kehidupan, sebagai bagian indikator prestasi mahasiswa.
"Sebagai tantangan abad 21 atau 2030, tenaga yang dibutuhkan nantinya yang menguasai sains, engineering, dan Matematika.Matematika itu indah, karena di semua lini kehidupan ada, sehingga hal ini bisa didayatarikan kepada siswa SD-SMA. Saat ini sains dan matematika Indonesia di peringkat 64 dari 70 negara. Harapannya bisa naik lagi," katanya.Budi Suyanto
Baca juga: Mahasiswa ITB ciptakan aplikasi rekomendasi jantung
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018