Dalam kesempatan singkat itu, juru bicara Alibaba yang enggan disebutkan namanya memaparkan seluk beluk bisnis Alibaba di salah satu lab eksibisi yang menampilkan perjalanan perusahaan ketika mulai berdiri hingga menjelma menjadi salah satu perusahaan "e-commerce" raksasa dunia saat ini.
Manager muda berusia 30 tahun itu menjelaskan bahwa perusahaan yang memperkerjakan sekitar 50.000 orang tersebut saat ini membidik UKM di sejumlah kawasan seperti Asia Tenggara salah satunya di Indonesia.
Di Indonesia, grup Alibaba menggandeng mitra lokal, Lazada, untuk ikut memasarkan produk mereka mempertemukan dengan konsumen.
"Perusahaan lokal yang lebih tahu pasar, " ucap pria berkacamata itu.
Di sejumlah negara termasuk Indonesia, Alibaba juga mengembangkan sistem pembayaran nontunai atau Alipay yakni "Emtek" yang merupakan induk dari Blackberry Messanger (BBM).
"Semakin banyak orang Tiongkok berwisata ke luar negeri termasuk Indonesia, mereka bisa bertransaksi menggunakan Alipay," ucapnya.
Perusahaan itu mencatat per harinya pengiriman logistik ke seluruh dunia mencapai sekitar 50-60 juta barang dengan pasar utama paling banyak yakni di antaranya di kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan Asia Tenggara.
Untuk membantu inklusi keuangan Alipay juga menyediakan fasilitas kredit khususnya bagi pelaku bisnis pemula atau "start up" tanpa jaminan dengan nilai bervariasi tergantung potensi UKM.
Tidak jauh dari markas Alibaba, terdapat "Dream Town" atau kecamatan Impian karena menjadi inkubator bisnis bagi anak muda mengembangkan teknologi atau produk sesuai impian mereka dengan bantuan dana pemerintah.
Nantinya produk atau teknologi itu dapat diterima oleh Alibaba dan dipasarkan ke seluruh dunia melalui wadah aplikasi dalam jaringan itu.
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018