Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Reumatologi Indonesia itu dalam diskusi peringatan Hari Lupus Sedunia di Kementerian Kesehatan Jakarta, Selasa, menjelaskan penyakit lupus ialah kondisi saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang kehilangan kemampuan membedakan subtansi asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri.
"Kondisi ini membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat," kata Sumariyono.
Akibatnya orang dengan lupus akan mudah mengalami gangguan pada organ-organ tubuhnya karena sistem imun tidak berfungsi dengan baik.
Salah satu penyintas lupus yang juga Ketua Yayasan Lupus Indonesia, Tiara Savitri, menceritakan, dia saat pertama kali terkena lupus harus bolak-balik ke rumah sakit karena berbagai penyakit yang datang silih berganti selama sembilan bulan.
"Saya sembilan bulan di rumah sakit, gejalanya panas tinggi, diduga tifus. Datang lagi panas tinggi diduga DBD karena trombosit selalu drop. Lalu ada lagi HB drop," kisah Tiara.
Sehingga akhirnya ia didiagnosis mengidap lupus dan ditangani melalui tata laksana penyakit lupus secara benar.
Lupus terdiri dari beberapa macam jenis, dan yang paling sering dirujuk masyarakat umum adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES). LES dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan hingga parah.
Masyarakat secara umum bisa memeriksa lupus sendiri (Saluri) dengan memperhatikan kondisi tubuh apabila terjadi gejala.
Sejumlah gejalanya antara lain demam lebih dari 38 derajat celcius tanpa sebab yang jelas, rasa lelah dan lemah berlebihan, sensitif terhadap sinar matahari, rambut sering rontok, ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang melintang dari hidung ke pipi, ruam kemerahan di kulit.
Selain itu juga sariawan yang tak kunjung sembuh, nyeri dan bengkak pada persendian di lengan dan tungkai dalam jangka waktu lama, ujung-ujung jari tangan dan kaki pucat hingga kebiruan saat udara dingin, nyeri dada saat berbaring dan menarik napas panjang, kejang atau kelainan saraf lainnya, serta kelainan pada hasil pemeriksaan laboratorium.
Hingga saat ini LES belum dapat disembuhkan. Namun pengobatan yang dilakukan untuk mendapatkan remisi panjang, mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018