Kelompok HAM Malaysia Suaram menyebut panggilan palsu yang juga dialami para pemimpin kelompok masyarakat madani, sebagai "jelas-jelas upaya menghalangi kerja politisi dan pembela HAM pada waktu kritis hari pemungutan suara".
Pemilu kali ini disebut sebagai ujian terberat yang dihadapi koalisi Barisan Nasional pimpinan Perdana Menteri Najib Razak karena ditantang kelompok oposisi yang sedang menguat di bawah pimpinan mantan perdana menteri Mahathir Mohamad.
Tidak ada satu pun politisi yang berani menduga siapa yang berada di balik sabotase panggilan telepon palsu itu.
Najib sendiri mengutuk "panggilan palsu" yang diterima pada pemimpin BN dan menyatakan bahwa laman partai koalisi yang tidak bisa diakses.
"Saya perintahkan untuk segera mengambil tindakan," kata Najib via Twitter seperti dikutip Reuters.
Sementara itu para pemimpin koalisi oposisi Pakatan Harapan (PH) mengaku telah mematikan ponsel mereka setelah menerima panggilan otomatis hampir setiap menit yang kebanyakan berasal dari daerah yang tidak diketahui, sejak sebelum pemungutan suara digelar.
"Ini serangan teknologi kotor terhadap kami, kami lumpuh. Kami tak bisa berbicara kepada siapa pun. Mereka mencoba menyabotase sistem elektoral untuk menggagalkan kemenangan PH," kata Lim Guan Eng, seorang pemimpin senior oposisi. "Telcos (perusahaan telekomunikasi utama Malaysia) mesti berbuat sesuatu. Kami bisa mengadu kepada pihak berwajib, tetapi apa yang bisa mereka perbuat sekarang."
Seorang menteri pada kabinet Najib mengaku beberapa kali menerima panggilan telepon dari beberapa nomor asal Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia, sedangkan pemimpin koalisi lainnya mengaku memposting video di Twitter berisi telepon yang terus berdering.
Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC), lembaga pengawas komunikasi negeri ini, tak menjawab permintaan wawancara Reuters.
Baca juga: Najib yakin Barisan Nasional tetap didukung rakyat
Pewarta: ANTARA
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018