"Strategi dari pusat kajian ini adalah meletakkan dasar bagi pengembangan pengusaha muda di seluruh Indonesia," kata Kepala Pusat Kajian Kewirausahaan ASEAN LSPR Taufan Teguh Akbari dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, pusat kajian itu memiliki peran penting dalam mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kreatif sebagai wirausahawan, sehingga ketika mereka lulus mampu berkompetisi, bertahan dan menjadi pengusaha yang kreatif dan professional.
Dia menjelaskan bahwa dalam rangka melahirkan pengusaha muda dari perguruan tinggi, pusat kajian tersebut melaksanakan beberapa program, yakni, klinik pembinaan inkubator bagi para mahasiswa yang bertujuan mewujudkan gagasan-gagasan kreatif menjadi bisnis yang menguntungkan dan bekelanjutan.
"Sehingga dari bisnis yang demikian maka akan memperkuat ekosistem industri kreatif di Indonesia," kata Taufan.
Menurut dia, program inkubasi LSPR CACS dijadwalkan berlangsung selama satu tahun akademik. Program tersebut terdiri atas tujuh tahap, yakni, seminar, lokakarya, "hackaton" atau pekan retas untuk pengembangan proyek perangkat lunak, dan "bootcamp" (tempat pelatihan).
Pusat studi kewirausahaan LSPR juga melaksanakan program pembinaan binsis keluarga guna mempersiapkan mahasiswa sebagai penerus bisnis keluarga mereka. "Tujuannya adalah untuk memberikan mahasiswa pendidikan tentang pentingnya bisnis keluarga dan cara-cara untuk memajukan bisnis keluarga mereka," jelas Taufan.
Dia melanjutkan program lainnya adalah membuka dan memperkuat jaringan alumni LSPR yang telah berhasil menjadi pengusaha di industri bisnis dan ekonomi kreatif.
Taufan menegaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi kreatif, industri kreatif, dan kota kreatif telah menjadi kata kunci dalam pembangunan kota-kota besar di Indonesia yang melibatkan kaum muda sebagai pemain utama.
Pewarta: Libertina W. Ambari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018