Polisi menutup sejumlah jalan dan mengevakuasi 1.200 orang dari toko-toko, restoran dan perkantoran di distrik bisnis Wanchai yang ramai saat para ahli berusaha menggali dan menjinakkan bom seberat 450 kilogram buatan Amerika Serikat.
Bom tersebut, yang tidak aktif selama 70 tahun lebih sebelum ditemukan pada Kamis, modelnya sama dengan dua bom lain yang ditemukan Januari di lokasi tersebut, di mana para pekerja sedang membangun stasiun kereta api metro baru.
Polisi mulai menjinakkan bom itu pada Kamis malam dalam operasi yang berlangsung selama 20 jam.
"Dua bom sebelumnya posisinya horizontal dan yang satu ini vertikal. Dua pertiga dari bom itu sebenarnya terkubur di bawah tanah, kami perlu menggali setidaknya sebagian dari bom tersebut sebelum kami memulai operasi kami," kata petugas pemusnahan bom Lai Ngo-yau sebagaimana dikutip AFP.
"Karena bom itu tidak stabil, kami perlu melakukannya dengan sangat hati-hati," tambahnya.
Tim penjinak berkumpul di sekeliling bom untuk berfoto setelah operasi selesai.
Hong Kong menyaksikan pertempuran sengit antara Jepang dan pasukan Sekutu selama Perang Dunia II. Kini para pejalan kaki dan pekerja konstruksi kadang masih menemukan bom-bom yang belum meledak di kawasan itu.
Sejarawan lokal Jason Wordie mengatakan Hong Kong menghadapi bombardir dari Amerika Serikat tahun 1941 pada awal perang Pasifik.
"Apa yang mereka sasar adalah dermaga-dermaga komersial di sepanjang perlabuhan," katanya.
Reklamasi lahan untuk perluasan tepi laut Hong Kong puluhan tahun setelah perang memunculkan sejumlah bom yang jatuh di pelabuhan, Wordie menambahkan.
Tahun 2016, seorang pejalan kaki menemukan enam granat era Perang Dunia II yang belum meledak serta dua cangkang mortir di jalur dekat permukiman Happy Valley.
Selain itu pada 2014 polisi menjinakkan satu bom sisa perang seberat satu ton, yang terberat yang pernah ditemukan di kota itu sampai sekarang. (hs)
Baca juga:
Bom Perang Dunia II kembali ditemukan di Jerman, 70.000 orang dievakuasi
Bom Sisa Perang Dunia II Meledak di Papua
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018