Semarang (ANTARA News) - Kemarau menyebabkan 9.007 hektar tanaman padi di Jawa Tengah kekeringan dan 1.624 hektar diantaranya dipastikan puso atau gagal panen.
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jateng, Ir. Siti Narwanti, di Semarang, Jumat, menyebut tanaman padi yang kekeringan itu berumur sekitar 65 hari.
Ribuan hektar tanaman padi yang kekurangan air itu tersebar di 14 kabupaten dan sebagian besar berada pada lahan tadah hujan (mengandalkan pengairan dari air hujan.
Para petani ketika menanam padi, kata dia, keadaan air masih cukup, namun untuk selanjutnya karena tidak ada hujan, terjadi kekeringan.
Tanaman padi di Jateng yang kekeringan tersebut terdapat di Kabupaten Blora, Pati, Grobogan, Sragen, Wonogiri, Demak, Semarang, Boyolali, Kebumen, Banjarnegara, Temanggung, Purworejo, Banyumas, dan Tegal.
Memasuki musim kemarau pada lahan sawah tadah hujan seusai panen padi, petani seharusnya menanam palawija atau hortikultura untuk menghindari kekeringan, katanya.
Berbagai upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi tanaman padi yang kekeringan itu, kata dia, antara lain dengan pembuatan sumur pantek dan penyedotan air sungai jika masih memungkinkan.
Tanaman padi yang puso tersebut diharapkan tidak mengganggu pencapaian sasaran produksi padi karena relatif sedikit dibanding total tanaman padi di Jateng tahun 2007 mencapai 1,6 juta hektare.
Dalam musim kemarau ini, panen padi di Jateng juga masih berlanjut pada Juli 2007 diperkirakan mencapai 174.126 hektare dan Agustus sekitar 168.641 hektare.
Pencapaian produksi padi di Jateng Januari hingga Mei 2007 mencapai 4,33 juta ton gabah kering giling (GKG) dari luas panen 08,516 hektare.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007