PB NU kutuk bom gereja Surabaya

13 Mei 2018 17:37 WIB
PB NU kutuk bom gereja Surabaya
Ketua Umum PB NU, Said Aqil Siroj. (ANTARA FOTO/Rivan Lingga)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj, mengutuk ledakan bom di tiga gereja terpisah di Surabaya. "Mengecam dan mengutuk keras segala tindakan terorisme, apapun motif dan latar belakangnya," kata dia, di Jakarta, Minggu.

Dia mengatakan, rangkaian kejadian itu menunjukkan radikalisme, apalagi yang mengatasnamakan agama, sungguh sangat memprihatinkan dan mengiris hati. Segala macam tindakan menggunakan kekerasan, apalagi yang mengatasnamakan agama dengan cara menebarkan teror, kebencian dan kekerasan bukanlah ciri ajaran Islam yang "rahmatan lil alamin".

"Islam mengutuk segala bentuk kekerasan. Bahkan tidak ada satupun agama di dunia ini yang membenarkan cara-cara kekerasan dalam kehidupan," katanya.

PB NU, kata dia, menyampaikan rasa bela sungkawa yang sangat mendalam kepada keluarga korban atas musibah yang sedang dialami. Segala yang terjadi merupakan suratan takdir dan kita harus menerimanya dengan penuh sikap kedewasaan, lapang dada, ketabahan dan kesabaran.

Dia mendukung penuh upaya dan langkah-langkah aparat keamanan untuk mengusut secara cepat dan tuntas motif, pola serta gerakan yang memicu terjadinya peristiwa tersebut.

Gerakan terorisme, kata dia, sudah semakin sedemikian merajalela, maka diperlukan penanganan khusus yang lebih intensif dari pelbagai pihak, utamanya negara melalui keamanan.

Ketum PBNU mengajak seluruh warga Indonesia untuk bersatu padu menahan diri, tidak terprovokasi serta terus menggalang solidaritas kemanusiaan sekaligus menolak segala bentuk kekerasan.

"Jika mendapati peristiwa sekecil apapun yang menjurus pada radikalisme dan terorisme segera laporkan ke aparat keamanan. Segala hal yang mengandung kekerasan sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Islam dan bahkan bertentangan dengan ajaran agama apapun," kata dia.

"Islam mengajarkan nilai-nilai kesantunan dalam berdakwah," katanya.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018