"Nilai-nilai dasar yang menghormati kemanusiaan tidak diajarkan di keluarga, sehingga satu keluarga bisa menjadi pelaku pengeboman," ujar Najeela saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin.
Najeela menjelaskan nilai dan kepercayaan, termasuk pemahaman dan praktik keagamaan memang tumbuhnya dalam keluarga. Jadi bahwa satu keluarga mendukung dan melakukan kekerasan dan kejahatan bersama, itu sebetulnya sesuatu yang bisa diprediksi.
Hal itu, katanya, mirip dengan pelaku korupsi yang juga berasal dari keluarga yang sama. Nilai-nilai intoleransi tumbuh dan berkembang dalam keluarga tersebut .
"Jadi nilai-nilai dasar yang menghormati kemanusiaan enggak diajarkan di keluarga. Tidak diajarkan di keluarga itu berarti orang tua mengajarkan hal yang tidak tepat, atau tidak membahasnya sama sekali. Berarti juga di sekolah, tidak dibiasakan membahas isu-isu moral, membandingkan informasi," jelas dia.
Baca juga: Pengamat: jaringan teroris ubah strategi gunakan pelaku perempuan
Baca juga: Pelaku bom Surabaya diduga seorang ibu bawa dua balita
Kemudian, kemungkinan besar juga percakapan dalam lingkungan tetangga sangat terbatas dan cenderung dengan kelompok yang homogen, media yang ditonton atau pemuka agama yang didengarkan juga jangan-jangan menganjurkan kekerasan dan tidak saling menghormati.
"Jadi memang kita semua harus berperan menyebarkan pesan yang positif, pemahaman agama yang utuh dan nilai moral yang baik. Ini masalah seluruh masyarakat, bukan hanya saty keluarga yang jadi pelaku dan korban," terang Najeela yang juga pegiat pendidikan tersebut.
Diketahui ada tiga gereja yang terkena ledakan bom yang terjadi pada Minggu (13/5) pagi yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) di Jalan Ngagel, GKI Jalan Diponegoro dan GPPS Jalan Arjuna. Aksi teror peledakan bom tersebut menewaskan sekitar 13 orang dan 41 orang terluka. Pelaku pengeboman diduga satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan empat anaknya.
Baca juga: Jokowi: pelaku pengeboman gunakan anak-anak dalam beraksi
Baca juga: Pelaku pengeboman tiga gereja Surabaya diduga satu keluarga
Pewarta: Indriani
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018