"Perguruan tinggi merupakan gerbang utama dalam mencegah radikalisme. Kampus menjadi pusat ilmu pengetahuan serta menolak radikalisme dan intoleransi," ujar Nasir dalam Dialog Nasional II Indonesia Maju di Universitas Bandar Lampung, Bandar Lampung, Lampung, Senin.
Kampus,kata Nasir, harus menjadi pemersatu bangsa. Jika ada kampus yang terindikasi intoleransi maka harus segera diselesaikan dengan baik.
"Tolong diselesaikan dengan baik, kalau ada di lingkungan kampus terindikasi intoleransi.Ajak bersama untuk memajukan pendidikan Indonesia," imbuh dia.
Nasir juga meminta agar mahasiswa maupun dosen saling bekerja sama untuk menunjukkan jika ada dosen ataupun mahasiswa yang terindikasi radikalisme. Tujuannya untuk menangkal radikalisme.
Dalam kesempatan tersebut, Nasir juga mengutuk peledakan bom yang terjadi di rumah ibadah di Surabaya. Menurut Nasir, mahasiswa harus memiliki rasa empati.
"Kasus peledakan di Surabaya tidak ada hubungannya dengan agama apapun," katanya.
Diketahui ada tiga gereja yang terkena ledakan bom yang terjadi pada Minggu (13/5) pagi yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) di Jalan Ngagel, GKI Jalan Diponegoro dan GPPS Jalan Arjuna, Surabaya. Aksi teror peledakan bom tersebut menewaskan sekitar 13 orang dan 41 lainnya terluka. Pelaku pengeboman diduga satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan empat anaknya.
Baca juga: Basmi terorisme sampai ke akarnya, kata Presiden
Baca juga: Dua lokasi di Sidoarjo digerebek polisi, sempat ada suara tembakan
Pewarta: Indriani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018