"Gelar pasukan gabungan TNI dan Polri sudah kami lakukan hari Selasa lalu. Pelabuhan Gilimanuk sangat strategis karena merupakan pintu masuk dan keluar Bali," kata Komandan Kodim 1617 Jembrana, Letnan Kolonel (Kav) Djefri Marsono Hanok, di Negara, Rabu.
Terkait dengan serangan teroris di Jawa Timur ia mengatakan, TNI menambah kekuatan di pelabuhan tersebut terdiri dari anggota Kodim 1617 Jembrana 5 orang, TNI AL 4 orang, Subdenpom 1 orang dan prajurit dari Bataliyon Infanteri Mekanis 741/GN sebanyak 10 orang.
Dalam mengawasi dan memeriksa kendaraan, barang dan orang khususnya yang masuk ke Pulau Bali ia mengingatkan anggota TNI maupun Polri untuk waspada dan jeli melihat gerak-gerik orang.
"Setiap anggota juga harus saling mengawasi dan secepatnya memberikan peringatan jika melihat indikasi bahaya. Untuk setiap pemeriksaan kendaraan, barang dan orang harus ada anggota yang mengawal," katanya.
Selain fasilitas umum seperti Pelabuhan Gilimanuk, ia mengatakan, seluruh anggota Kodim 1617 Jembrana juga diperintahkan untuk waspada di berbagai tempat, khususnya saat berjaga di institusi TNI baik Kodim maupun Koramil.
Untuk mengawasi orang yang masuk ke markas TNI, ia mengatakan, sesuai standar operasional prosedur pihaknya menutup jalan masuk ke markas dengan tujuan menyeleksi tamu yang masuk.
Sementara saat gelar pasukan gabungan di Pelabuhan Gilimanuk, Selasa (15/5) sore, Kapolres Jembrana Ajun Komisaris Besar Budi Perdamaean Saragih mengatakan, dengan sinergi Polri dan TNI, pengamanan di pelabuhan tersebut dapat berjalan lebih maksimal.
Ia mengatakan, untuk penjagaan di Pelabuhan Gilimanuk pihaknya menambah 50 personil termasuk dibantu dari Satuan Brimob Bataliyon C Polda Bali yang bermarkas di Gilimanuk.
Secara umum, menurutnya, selain Pelabuhan Gilimanuk pengawasan dan penjagaan juga dilakukan di objek vital termasuk tempat ibadah serta lokasi yang ramai dikunjungi masyarakat.
Baca juga: PHRI Denpasar imbau hotel tingkatkan keamanan pascaserangan teroris
Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018