Pada tahun ini Ramadhan di Inggris jatuh pada musim panas, yakni waktu maghrib hampir mendekati pukul 9 malam dan imsak pada pukul 3 pagi, yang berarti waktu puasa hampir selama 19 jam lebih panjang dibandingkan di tanah air rata-rata hanya sekitar 12 jam.
Tahun ini adalah kali keempat keluarga Yuslenita Muda bersama suami Ahmad Jamaan dan anak-anaknya menjalani ibadah Ramadhan di Colchester, United Kingdom. "Alhamdulillah, selama ini berjalan baik dan anak-anak melewatinya dengan baik," ujar mahasiswa program doktor di Essex University itu kepada Antara London, Kamis (17/5).
Menurut dosen Fakultas Sain dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ini bahwa dia bersama sang suami telah membuat kesepakatan dan komitmen dengan ketiga anaknya guna mengisi dan menjalani ibadah bulan yang penuh keberkah.
Ilen, nama panggilan akrab Yuslenita Muda yang sedang dalam proses menyelesaikan pendidikan program matematika, mengatakan sebelum Ramadhan menjelang ia dan suami menyampaikan kepada anak-anaknya akan tibanya bulan puasa. Setelah waktunya dekat, bersama sang suami dan anak-anak membuat komitmen.
Mulai dari durasi menggunaan telepon genggam, jumlah bacaan Al Quran per hari, komitmen persiapan puasa, termasuk jadwal tidur dan bangun. "Tujuannya agar anak-anak lebih siap menjalani ibadah," ujar Ilen.
Diakuinya jadwal tidur harus diatur mengingat pada pukul sembilan malam cuaca masih terang benderang diluar dan otomatis sulit bagi anak-anak untuk bisa tidur karena diluar masih terang. "Jadwal tidur dan bangun sangat penting mengingat selama musim panas jadwal puasa akan lebih lama," ujar Ilen menambahkan bahwa puasa pada musim panas akan berlangsung antara 18-19 jam.
Untuk itu Ilen pun mengajak anak-anak untuk langsung tidur setelah mereka pulang sekolah sesudah Shalat Zuhur, karena Shalat Ashar baru masuk sekitar pukul 17.00 dan Magrib sekitar pukul 21.00. Maka pelaksanaan Shalat Ashar, terutama bagi anak-anak diakhirkan saat menjelang Maghrib.
Dengan begitu anak-anak memiliki waktu istirahat yang cukup dan punya energi untuk mengikuti kegiatan Ramadhan di malam hari, mulai dari berbuka hingga sahur. Baru setelah shalat Subuh, anak-anak kembali tidur dan bangun satu jam sebelum berangkat sekolah sekitar pukul 07.30.
"Kami biasanya membuat aturan dan komitmen selama Ramadhan. Tahun sebelumnya anak-anak menandatangani kesepakatan yang dibuatnya, namun tahun ini hanya mengisi lembaran kegiatan," ujarnya, apalagi anak-anak sedikit minta kompromi.
Seperti permintaan anak perempuannya Syarifah Azzahra terkait jadwal tidur. Rifa sepulang sekolah di Colchester Academy sekitar pukul 16.00 hanya dapat waktu rehat sebentar, karena setelah itu ada jadwal sekolah Indonesia Belanda yang harus diikutinya secara online. Dampaknya jadwal tidurnya belum dapat mengikuti komitmen kecuali untuk hari di luar jadwal sekolah seperti Sabtu dan Ahad.
Selain itu, untuk tahun ini Rifa juga mengikuti program tadarus online bersama remaja UK asal Indonesia yang ditaja muslimah Indonesia di UK. Target bacaan tadarus adalah satu juz sehari. Rifa sendiri secara mandiri membuat komitmen untuk dapat menyelesaikan bacaan 10 halaman Al Quran sehari.
Menurut Ilen, berbeda dengan abangnya Muhammad Huda At Thoriq (11 tahun) yang kini menghadapi ujian GCSE, ujian akhir tahun di Colchester Academy. Ada jadwal ujian yang mencapai tiga mata pelajaran. Setelah ujian berlangsung, bukannya pulang, akan tetapi tetap mengikuti pelajaran yang tidak diujikan seperti hari-hari sekolah biasanya.
Dengan kondisi seperti ini, Thoriq merasa agak kesulitan berkonsentrasi dalam ujian, apa lagi masuk musim panas. Ia pusing bila siang hari panas banyak berpikir bila tidak minum. Oleh karena itu ia tidak dapat menjalankan puasa selama beberapa hari saat GCSE exam berlangsung. Walaupun demikian, Thoriq membuat target bacaan Al Quran satu juz sehari. BIla ayah sedang tak ada di rumah saat malam tiba, biasanya Thoriq yang menjadi imam baik untuk shalat fardhu juga shalat tarawih.
Lain lagi dengan Muhammad Dzakir Wafi Buzajani yang berusia 10 tahun. Saat ini ia duduk memasuki tahun kelima di Hazelmere Junior School. Dzakir mengikuti jadwal yang sudah dibuat, termasuk sahur Bersama sekitar pukul 02.30. Tidak seperti Ramadhan sebelumnya saat dia berpuasa hanya setengah hari, untuk tahun ini Dzakir dilatih untuk dapat berpuasa lebih lama. Walaupun begitu, ia tetap dibekali makanan siang, dengan catatan bila tak mampu bertahan ia dapat berbuka.
Guna menghindari salah pengertian, maka Dzakir dibekali surat untuk gurunya, bahwa selama Ramadhan tahun ini ia berpuasa. ``Tak lama di sekolah, gurunya menghubungi kami terkait puasa Dzakir, termasuk kemungkinan ia haus. Saya menjelaskan Dzakir saat ini proses belajar berpuasa. Saat dijelaskan guru sekolahnya dapat memahami."
Aktivitas di Luar Selama Ramadhan, ketiga adik beradik ini diupayakan juga mengikuti aktivitas menyemarakkan Ramadhan. Misalnya berbuka dan shalat tarawih berjamaah dalam komunitas Muslim di Colchester. Masalahnya adalah soal waktu. Jadwal berbuka sekitar pukul 21.000, shalat Isya pukul 22.00 dan bila diteruskan tarawih maka kemungkinan baru selesai pukul 24.00.
Jam-jam seperti ini transportasi umum sudah tidak ada lagi. Sementara kediaman kami harus dua kali menggunakan bus untuk sampai ke tempat tarawih di kampus. "Sesuai dengan jadwal shalat yang dikeluarkan pengurus Masjid Colchester, awal Ramadhan tahun 1439 Hijriah atau 2018 ini shalat waktu Subuh pukul 03.13 dan waktu Maghrib jatuh pada pukul 20.48.
Di akhir Ramadhan, shalat Subuh dimulai pada pukul 02.38 sedangkan Maghrib mulai pukul 21.20, hampir 19 jam. Di masjid Colchester biasanya shalat berjamaah khusus malam Ramadhan berlangsung dalam dua jadwal. Hal ini terjadi karena keterbatasan luas masjid, walaupun sudah setahun ini dalam proses perbaikan dan perluasan.
Kapasitas masjid ini hanya mampu menampung lebih kurang 150 jamaah. Khusus untuk jamaan perempuan dapat mengikuti shalat Isya dan Shalat Tarawih pada jadwal pertama. Masjid ini juga menyediakan perbukaan setiap hari selama Ramadhan.
Pada malam kesepuluh, takmir masjid mengundang imam shalat Fatih Serefagic, asal Bosnia yang menetap di Amerika Serikat. Thoriq yang mendengar informasi itu mengaku berniat untuk dapat hadir dan menjadi makmum pada jadwal yang kebetulan malam Ahad, jadi tidak mengganggu jadwal sekolah. Ia mengaku suka dengan irama bacaan hafiz yang besar di Jerman ini.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018