Medan (ANTARA News) - Produksi karet Sumatera Utara hingga Juni 2018 diprediksi mengalami penurunan hingga 50 persen dampak musim gugur daun yang terjadi tiga kali selama Januari-Mei 2018.Penurunan produksi akan membuat pengusaha kewalahan memenuhi kontrak ekspor karet. Apalagi gugur daun juga diprediksi terjadi di daerah Sumatera lainnya yang juga selama ini menjadi andalan pasokan Sumut."
"Gugur daun terjadi pada akhir Januari hingga Maret dan berlanjut April serta Mei. Gugur daun itu akan menurunkan produksi," ujar Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Jumat.
Gugur daun pertama di Sumut terjadi pada akhir Januari-Maret 2018 akibat musim kemarau.
Sementara pada awal hingga April saat curah hujan tinggi juga terjadi gugur daun di tanaman karet Sumut.
Pada April, gugur daun muda terjadi dampak tumbuhnya jamur akibat curah hujan yang tinggi.
Sementara pada Mei ada gugur daun juga, bahkan terjadi pada daun muda dan tua sebagai dampak anomali cuaca yang sebentar curah hujan yang banyak dan panas terik.
"Penurunan produksi akan membuat pengusaha kewalahan memenuhi kontrak ekspor karet. Apalagi gugur daun juga diprediksi terjadi di daerah Sumatera lainnya yang juga selama ini menjadi andalan pasokan Sumut," katanya.
Edy tidak merinci jumlah produksi karet Sumut, namun disebutkan rata-rata volume ekspor komoditas itu setiap tahunnya mencapai 500.000 ton.
Dia mengakui dalam beberapa tahun terakhir, penjualan karet di pasar lokal meningkat.
Volume penjualan karet di lokal pada Januari hingga April 2018 naik122, 82 persen dibandingkan periode sama 2017 atau mencapai 12.001 ton .
Pada periode sama 2017, penjualan karet di lokal masih hanya 5.386 ton.
"Peningkatan penjualan di pasar lokal itu didorong meningkatnya permintaan dari luar provinsi Sumut," katanya.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018