"Kami sudah mendapat informasi tentang peningkatan status tersebut. Kebetulan sampai malam ini tadi kami berkumpul di Pos Ngepos langsung mendapatkan informasi pengumuman itu. Warga di sini telah diminta tetap tenang meskipun meningkatkan kewaspadaan," katanya di Magelang, Selasa dini hari.
Melalui petugas Pos Ngepos, ia bersama sejumlah elemen lainnya memperoleh informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta tentang status aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang naik dari level normal menjadi waspada mulai Senin (21/5) pukul 23.00 WIB.
Ia mengatakan informasi itu telah disebarluaskan melalui media sosial kepada masyarakat setempat supaya meningkatkan kewaspadaan meskipun mereka juga diminta tidak perlu panik.
Setelah terjadi erupsi freatik pada Jumat (11/5) dan tiga kali hal serupa sepanjang Senin (21/5) dini hingga sore hari, ujar dia, masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai kemungkinan bencana alam terkait dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang wilayahnya meliputi sejumlah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Klaten, Boyolali) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Sleman) itu.
Masyarakat yang biasanya setelah tarawih lalu pulang, tadi malam (21/5) bersiaga dan kumpul-kumpul dulu di beberapa tempat. Sampai sekitar pukul 01.50 WIB yang biasanya sudah tidur, ada yang tetap berjaga, kata Muslim yang juga perangkat desa setempat itu.
Ia mengatakan saat ini secara visual puncak Gunung Merapi tidak nampak dari desa setempat karena tertutup kabut tebal.
Kawasan setempat juga terkena hujan abu akibat erupsi freatik Gunung Merapi pada Senin (21/5).
Gunung Merapi menghadapi fase letusan hebat pada 2010 disusul dengan banjir lahar hujan secara intensif hingga 2011 melewati berbagai sungai dan menerjang sejumlah desa di kawasan itu.
Status aktivitas vulkanik gunung berapi dari level terendah (Level I) hingga teratas (Level IV), secara berturut-turut meliputi, normal, waspada, siaga, dan awas.
Pewarta: Maximianus Hari Atmoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018