• Beranda
  • Berita
  • BKKBN kembangkan Bina Keluarga Balita secara holistik

BKKBN kembangkan Bina Keluarga Balita secara holistik

22 Mei 2018 21:14 WIB
BKKBN kembangkan Bina Keluarga Balita secara holistik
Arsip: Pelaksana tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sigit Priohutomo dalam kegiatan Sosialisasi dan Konsultasi Pelaksanaan Anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Sub Bidang Keluarga Berencana Regional I Pontianak di Pontianak, Senin (5/2/2018). (ANTARA/Anom Prihantoro)
Depok (ANTARA News) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) mengembangkan program Bina Keluarga Balita (BKB), yang dilakukan secara holistik dan integratif dengan kementerian dan lembaga lainnya guna meningkatkan kualitas pengasuhan orang tua.

"Pengasuhan anak menjadi modal utama bagi orangtua.? Jika terdapat kesalahan dalam pengasuhan sejak dini, maka akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di kemudian hari," kata Pelaksana Tugas Kepala BKKBN Sigit Priohutomo dalam acara penataran dan lokakarya BKB di Depok, Jabar, Selasa.

Penataran tersebut diikuti 124 peserta yang berasal dari Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Provinsi seluruh Indonesia, Tim Penggerak PKK dari 34 provinsi serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi yang menangani pendidikan anak usia dini (PAUD) dari 34 provinsi.

Sigit berharap acara penataran tersebut menjadi tempat transfer pengetahuan pada pesertanya sehingga ketika di daerah dapat diinformasikan kepada masyarakat.

Ia mengingatkan pentingnya pengasuhan keluarga mulai dari sebelum program kehamilan hingga anak usia balita. Terlebih pemerintah saat ini tengah berupaya menangani masalah stunting atau kekerdilan pada anak.

"Persiapan sebelum hamil, tidak anemia itu yang penting. Lalu program 1.000 hari pertama kehidupan dari kehamilan sampai dua tahun, ASI-nya harus terpenuhi," kata Sigit.

Setelahnya saat usia dua tahun ke atas atau usia PAUD, kata Sigit, anak berada dalam masa pertumbuhan emas dan harus diisi dengan berbagai macam pendidikan.

"Pada masa inilah peran pendidikan anak usia dini dari kementerian atau dinas pendidikan dan kebudayaan diterapkan untuk mengoptimalkan kecerdasan anak," katanya.

Sigit juga mengingatkan kesehatan anak mulai dari pemenuhan gizi hingga kebersihan lingkungan harus dijaga. Mulai dari sanitasi hingga perilaku hidup bersih dan sehat yang harus diterapkan.

"Pengasuhan erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi seluruh kebutuhan anak, mulai dari kebutuhan fisik, mental, dan sosial," jelasnya.

Sigit berharap program BKB dapat menjalankan keterpaduan dengan kegiatan posyandu dan PAUD. "BKKBN harus terus sinergi dengan mitra terkait, meningkatkan perhatian dan komitmen pengelola program BKB baik di pusat hingga daerah," ungkap Sigit.

Berdasarkan data pengendalian lapangan?BKKBN bulan Desember 2017 jumlah keluarga yang mengikuti kegiatan BKB sejumlah 3.023.926 keluarga (63.88 persen) dari sasaran 7.408.983 keluarga.?

Kelompok BKB yang ada berjumlah 88.030 kelompok dengan jumlah kelompok yang aktif melapor selama tahun 2018 rata-rata diatas 90 persen.?

Dari sejumlah data tersebut, belum semua kelompok BKB yang menjalankan keterpaduan dengan kegiatan posyandu dan PAUD.

Kinerja program BKB dan anak saat ini masih membutuhkan perhatian dan komitmen dari para pengelola program BKB, baik dari tingkat pusat hingga tingkat desa. Hal ini sebagai hasil akumulasi dari berbagai situasi yang terjadi sejak era desentralisasi atau otonomi daerah.
 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018