"Kami keliling di sejumlah desa di Indonesia untuk memberikan bantuan ayam secara langsung kepada masyarakat prasejahtera melalui program `Bekerja`. Kalau secara keseluruhan totalnya sebanyak 10 juta ekor ayam dengan anggaran Rp2 triliun," katanya saat meluncurkan Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera di Desa Sukogidri, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.
Sektor pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian di Jember karena menyumbang 30,25 persen terhadap PDRB (berdasarkan data BPS, 2017), sehingga sektor pertanian harus memiliki pertumbuhan jauh lebih baik karena mempunyai daya ungkit sangat besar terhadap ekonomi di masyarakat dan mengingat sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani.
Berdasarkan data dari Kemensos dan BKKBN, sebanyak 295.291 rumah tangga di Jember masuk kategori pra sejahtera atau rumah tangga miskin (RTM) yang tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten Jember.
Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, jumlah masyarakat miskin yang tertinggi yakni di Kabupaten Jember dan urutan kedua ditempati Kabupaten Bondowoso. RTM yang bergerak di bidang pertanian sebanyak 140.544 yaitu 48 persen dari total rumah tangga prasejahtera yang tersebar di tiga kecamatan dan 30 desa di Jember.
Kabupaten Jember menjadi lokasi kelima sasaran program "Bekerja" setelah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Magetan, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Bondowoso.
"Saya menilai upaya Pemerintah Kabupaten Jember untuk mengurangi kemiskinan di wilayahnya cukup baik karena Bupati Faida sangat peduli terhadap warga kurang mampu, namun perlu upaya lanjutan untuk mendorong agar angka kemiskinan berkurang," tuturnya.
Ia berharap melalui kolaborasi dengan program Bekerja Kementan diharapkan akan ada kebangkitan ekonomi di level masyarakat prasejahtera yang berkelanjutan, sehingga diharapkan tidak ada lagi warga yang miskin di tanah subur yang dimiliki Kabupaten Jember.
Program "Bekerja" merupakan upaya Kementan untuk mengurangi kemiskinan di tanah air berbasis pertanian dengan tiga tahapan yakni jangka pendek, menengah, dan panjang. Pada tahun 2018, Kementan menargetkan program "Bekerja" dapat dilaksanakan di 10 provinsi, 776 desa dan 200.000 RTM.
Rumah tangga miskin di Kabupaten Jember sebagian besar berada di area perkebunan dan sekitar hutan yang bekerja menjadi buruh tani atau tenaga harian lepas yang tidak pasti penghasilannya, sehingga target lokasi "Bekerja" Kementan di Kabupaten Jember itu akan menjangkau pada 21.941 RTM.
Dalam peluncuran program itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyerahkan langsung bantuan kepada masyarakat yang meliputi 500 benih pohon manga Arumanis dan 1 paket benih aneka sayuran dalam bentuk sachet sebanyak 5 box, optimalisasi pemanfaatan pekarangan pangan berkelanjutan (PPB) pada 5 kelompok dengan total 150 RTM.
Selain itu juga diberikan 1.000 ekor ayam dan 10 ekor kambing yang diberikan kepada 20 RTM, kemudian 20 kandang ayam dilengkapi dengan bantuan pakan selama 6 bulan dan bibit kopi Arabika sebanyak 7.500 batang.
Untuk bantuan ternak ayam, tiap 1 RTM akan memperoleh 50 ekor ayam, sedangkan Untuk kambing/domba diberikan 1 ekor per RTM yang dibuat secara berkelompok dengan tiap kelompok 10 ekor (9 betina dan 1 Jantan).
Jumlah keseluruhan bantuan sebesar Rp120,4 miliar yang meliputi bantuan ayam dan kandangnya sebanyak 1,04 juta ekor dengan nilai Rp110,45 miliar, kemudian kambing sebanyak 1.098 ekor senilai Rp5,3 miliar, kemudian bantuan benih pohon mangga seluas 221 ha dengan nilai Rp1,7 miliar, sarana dan prasarana sayuran 215 ha senilai Rp2,7 miliar, kopi dan pupuk sebanyak 7.500 batang senilai 130 juta, dan pengembangan pekarangan untuk 150 RTM senilai Rp150 juta.
"Saya berharap dengan bantuan yang diberikan oleh pemerintah ini masyarakat akan dapat membangun cluster di 3 kecamatan, sehingga akan mendorong tumbuhnya agroindustri dan kami ingin membangun skala ekonomi," katanya.
Amran menjelaskan pembangunan berskala ekonomi menjadi tujuan utama program "Bekerja" karena kemiskinan akan berkurang saat roda ekonomi bergerak, sehingga begitu ditinggalkan kemiskinan, maka kemiskinan tidak terjadi lagi karena terbiasa berproduksi.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018