"Ini berdasarkan hasil pendataan tim penanggulangan bencana BPBD Pemkab Pamekasan dalam rapat koordinasi yang digelar beberapa hari lalu," katanya di Pamekasan, Senin.
Menurutnya, total jumlah dusun yang mengalami kekeringan itu tersebar di 299 dusun.
"Dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah dusun yang mengalami kekeringan itu menurun," katanya.
Berdasarkan data BPBD Pemkab Pamekasan, wilayah terdampak kekeringan pada tahun 2016 ada 80 desa yang terdiri dari 323 dusun.
Sementara pada tahun 2017 angkanya berkurang yakni di 310 dusun dan pada musim kemarau tahun ini hanya tinggal 229 dusun.
Ke-80 desa tersebut kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi dan memasak.
Baca juga: Warga Pamekasan Mulai Kesulitan Air Bersih
Menurut Budi, jenis kekeringan yang melanda ke-80 yang tersebar di 299 dusun itu meliputi kering kritis dan kering langka.
Perinciannya, sebanyak 166 dusun di 37 desa mengalami kering kritis, dan sebanyak 133 dusun, di 42 desa mengalami kering langka.
Kekeringan kritis terjadi, karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari, dan jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan ketersediaan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.
Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang, per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat, sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.
"Kebanyakan yang mengalami kekeringan kali ini adalah di wilayah sepanjang pesisir pantai selatan, dan wilayah utara Pamekasan," katanya, menjelaskan.
Untuk mengatasi persoalan itu, BPBD Pemkab Pamekasan telah berkoordinasi dengan PDAM Pemkab Pamekasan guna mendistribusikan bantuan air bersih, terutama di wilayah yang memang sangat rawan kekeringan dan kekurangan air bersih.
Baca juga: Tanaman jeruk di Pamekasan mati karena kekeringan
Pewarta: Abd Aziz
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018