• Beranda
  • Berita
  • 12.000 botol air berkah Waisak diambil dari Jumrit

12.000 botol air berkah Waisak diambil dari Jumrit

28 Mei 2018 14:12 WIB
12.000 botol air berkah Waisak diambil dari Jumrit
Sejumlah Bhiksu melakukan pradaksina atau mengelilingi candi membawa Api Dharma dengan obor yang diambil dari api abadi Mrapen Kabupaten Grobogan saat prosesi penyemayaman Api Dharma Waisak 2018 di Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (27/5/2018). Penyemayaman api abadi tersebut merupakan rangkaian dari ritual menjelang hari raya Waisak 2562 BE/2018. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Temanggung  (ANTARA News) - Sebanyak 12.000 botol air berkah Waisak 2562 BE/2018 diambil dari Umbul Jumprit, Desa Tegalrejo, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Wakil Ketua Pengambilan air berkah Waisak Martinus Nata di Temanggung, Senin, mengatakan bahwa pada hari Senin umat Buddha dari sejumlah majelis melakukan pemberkahan air suci Waisak di Umbul Jumprit.

"Sebelum upacara pemberkahan kami telah melakukan pembersihan dan pemeliharaan area Umbul Jumprit pada tanggal 15 sampai 18 Mei 2018, kemudian dilanjutkan pengisian air berkah sebanyak 12.000 botol pada tanggal 25 Mei," katanya.

Dalam upacara pemberkahan air suci Waisak tersebut, masing-masing majelis melakukan puja bakti di sebuah altar di kawasan Umbul Jumrit, kemudian perwakilan biksu mengambil air berkah dengan menggunakan kendi.

Air berkah tersebut kemudian akan disemayamkan di Candi Mendut dan Borobudur yang digunakan untuk menyambut detik-detik Waisak 2562 BE/2018.

Biksuni dari Majelis Maju Bumi Maitri Kusala mengatakan bahwa air suci ini maknanya untuk membersihkan jiwa manusia.

"Kadang-kadang manusia itu diliputi jiwa kotor dengan rasa benci, keserakahan, sombong, terlalu ego pada diri sendiri, serakah akan kedudukan, dan serakah akan kekayaan. Jadi, dengan pengambilan air suci ini agar manusia itu bisa sadar akan jiwanya, lalu pelan-pelan untuk koreksi diri," katanya.

Harapan dari pengambilan air suci ini untuk seluruh manusia di dunia agar sadar bahwa jiwa ini bagaikan jiwa Sang Buddha dengan penuh cinta kasih tanpa memandang aliran dan agama.

"Jadi, harus mempunyai cinta kasih terhadap sesamanya. Harus saling membantu, jangan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Khususnya terhadap Indonesia, semoga bisa hidup rukun, bisa sadar akan kebodohan kita," katanya.

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018