"Pembagian ini merupakan tradisi tahunan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat," kata Ketua Takmir Masjid Darussalam Haji Muhammad Rosyidi di Solo, Senin.
Ia mengatakan tepatnya 1.100 porsi bubur yang dibagikan kepada masyarakat.
Untuk membuat bubur khas Banjar tersebut, kata dia, dibutuhkan 50 kilogram beras setiap hari.
Selain beras, kata dia, bahan lain untuk membuat bubur tersebut di antaranya sayuran, bumbu rempah, dan irisan daging sapi.
"Yang paling penting adalah minyak samin yang kemudian dicampur menjadi satu dengan bahan-bahan lain di dalam satu bejana besar. Selanjutnya proses memasak melibatkan beberapa orang yang bertugas mengaduk bubur tersebut hingga matang," katanya.
Menurut dia, karena menariknya tradisi tersebut, masyarakat yang datang dan rela antre demi memperoleh bubur tersebut tidak hanya dari Kota Solo tetapi juga dari daerah lain.
"Bahkan karena banyaknya orang yang suka, biasanya hanya butuh 30 menit untuk dibagikan kepada masyarakat," katanya.
Ia mengatakan dari 1.100 porsi tersebut, 200 di antaranya untuk kegiatan buka bersama di Masjid Darussalam, sedangkan 900 di antaranya dibagikan kepada masyarakat.
Ia mengatakan tradisi tersebut sudah berlangsung sejak 1980.
Ia menjelaskan awalnya bubur tersebut hanya dikonsumsi oleh masyarakat asal Banjar, Kalimantan yang merantau ke Solo.
"Ternyata seiring dengan berjalannya waktu banyak yang mau dan akhirnya dibagikan kepada masyarakat hingga saat ini," katanya.
Salah satu warga setempat, Sigit Joko, mengatakan sejak tahun lalu paling tidak sekali selama Bulan Puasa dirinya selalu menyempatkan diri ikut menikmati bubur tersebut.
"Rasanya enak, selain itu yang utama adalah suasananya juga sangat mencerminkan bulan Ramadhan," katanya.
Baca juga: Ketua DPR buka puasa bersama Presiden-Wapres
Baca juga: Bandung kembali gelar Buka Puasa Bersama di Jalan
Pewarta: Aries Wasita Widi Astuti
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018